Home Internasional Pejabat Amerika Serikat Buka Mulut Soal Bobolnya Pos Militernya di Yordania

Pejabat Amerika Serikat Buka Mulut Soal Bobolnya Pos Militernya di Yordania

Washington D.C., Gatra.com - Bagaimana pos militer Amerika Serikat bisa ditembus drone musuh masih menjadi tanda tanya. Pemerintah Amerika Serikat lebih fokus untuk membalas serangan itu dan menjaga agar konflik tidak makin luas.

Mengutip dua sumber yang tidak punya wewenang berbicara kepada media dan bersikeras untuk tidak disebutkan namanya, The Wall Street Journal melemparkan dugaan awal peristiwa itu.

Dugaan awalnya adalah prajurit yang bertugas di pos militer itu mengira drone yang mendekat adalah milik Amerika Serikat.

Pada saat pesawat tak berawak penyerang terbang rendah, sebuah pesawat tak berawak Amerika Serikat juga kembali ke pos militer di perbatasan Yordania-Suriah itu. Kemungkinan prajurit tidak sengaja membiarkan drone itu masuk ke pos militer yang dikenal sebagai Tower 22 itu. Dugaan awal ini dilaporkan The Wall Street Journal

Akibatnya, tidak ada upaya untuk menembak jatuh pesawat tak berawak musuh yang menghantam pos terdepan pada Minggu.

Para pejabat mengatakan bahwa dari 34 tentara yang terluka, sebagian besar mengalami luka, memar, cedera otak traumatis, dan luka-luka serupa. Delapan di antaranya dievakuasi keluar dari Yordania. Prajurit yang terluka paling parah berada dalam kondisi kritis namun stabil.

Penjelasan tentang bagaimana pesawat tak berawak musuh berhasil menembus pertahanan udara AS di instalasi tersebut muncul ketika Gedung Putih mengatakan pada hari Senin bahwa mereka tidak ingin berperang dengan Iran bahkan ketika Presiden Joe Biden bersumpah akan melakukan tindakan pembalasan. Pemerintahan Demokrat meyakini bahwa Teheran berada di balik serangan tersebut.

Biden bertemu dengan anggota tim keamanan nasionalnya di Ruang Situasi Gedung Putih untuk mendiskusikan perkembangan terbaru.

Pemerintahan Biden menuding proksi yang berbasis di Iran sebagai pelaku serangan itu, menambah lapisan kerumitan pada situasi Timur Tengah yang sudah tegang karena pemerintahan Biden mencoba untuk menjaga agar perang Israel-Hamas tidak menjadi konflik regional yang lebih luas.

"Presiden dan saya tidak akan mentolerir serangan terhadap pasukan AS, dan kami akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan AS dan pasukan kami," kata Menteri Pertahanan Lloyd Austin pada hari Senin ketika ia bertemu di Pentagon dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.

Biden menghadapi tindakan penyeimbangan yang sulit karena ia ingin menyerang balik Teheran dengan cara yang kuat tanpa membiarkan konflik Gaza semakin meluas. Serangan pesawat tak berawak tersebut merupakan salah satu dari puluhan serangan terhadap pasukan AS di Timur Tengah sejak Hamas melancarkan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober, yang memicu perang di Gaza. Namun, ini adalah yang pertama di mana anggota militer Amerika terbunuh.

63