Home Gaya Hidup HL Nasib Ki Dalang yang Wakapkan Hidupnya Menjaga Nilai Budaya Lewat Wayang Sasak

HL Nasib Ki Dalang yang Wakapkan Hidupnya Menjaga Nilai Budaya Lewat Wayang Sasak

Lombok Barat, Gatra.com - H Lalu Nasib AR, dalang Wayang Sasak, nyaris seluruh hidupnya diwakafkan untuk menjaga nilai dan budaya seni pertunjukan Wayang Sasak. Di usianya yang kini 82 tahun, Lalu Nasib tidak lagi leluasa bergerak akibat penyakit yang dideritanya. Duduk bersila selama berjam-jam dalam satu kesempatan mendalang selama lebih dari setengah abad, telah membuat lutut dan kakinya kini sulit digerakkan. Akibatnya, mobilitas tokoh budaya Sasak kelahiran tahun 1941 tersebut menjadi sangat terbatas dan harus bergantung bantuan tongkat.

 

Anggota DPR RI Dapil Pulau Lombok H Rachmat Hidayat mengungkapkan, Lalu Nasib AR, adalah figur penjaga marwah budaya Sasak yang hidupnya didedikasikan untuk menjaga pilar keberlanjutan identitas kolektif masyarakat Suku Sasak. Menjaga keaslian dan keunikan warisan budaya, terutama seni pertunjukan Wayang Sasak.

”Figur Lalu Nasib AR, bukan hanya pengawas nilai-nilai dan tradisi seni pertunjukan Wayang Sasak. Tetapi juga garda terdepan yang memastikan warisan budaya tersebut diteruskan dengan penuh kehormatan dan kepedulian kepada generasi penerus,” kata Rachmat Senin (5/2).

Menurut Rachmat dirinya dan Ki dalang popular Lombok ini adalah kawan karib. Persahabatan keduanya sudah terjalin semenjak Rachmat masih menempuh pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas. Semua bermula, tatkala Lalu Nasib AR sedang menggelar pertunjukan Wayang Sasak di Desa Rumbuk, Lombok Timur, kampung halaman Rachmat Hidayat. Semenjak itu, persahabatan keduanya tak pernah putus.

Bagi Rachmat, figur Lalu Nasib AR, bukan hanya pengawas nilai-nilai dan tradisi seni pertunjukan Wayang Sasak. Tetapi juga garda terdepan yang memastikan warisan budaya tersebut diteruskan dengan penuh kehormatan dan kepedulian kepada generasi penerus.

Toh, di tengah kondisi yang seperti saat ini, dedikasi Lalu Nasib terhadap seni pertunjukan Wayang Sasak, tidak pernah sedikitpun mengendor. Ketika berbicara, kadang suaranya juga terbata-bata. Intonasi suaranya memang masih terdengar sangat lantang, namun sejumlah kata yang terlontar juga kadang terdengar tidak terucap dengan jelas.

Karena itu, di tengah kondisi fisiknya yang terbatas, Lalu Nasib masih tetap memenuhi undangan pertunjukan Wayang Sasak. Ahad malam misalnya, jadwal pentasnya pun sudah tersusun. Lalu Nasib akan mendalang di Desa Kumbung, Narmada, memenuhi undangan pementasan wayang dari masyarakat desa setempat.

Demikian besarnya dedikasinya Lalu Nasib untuk menjaga marwah budaya seni pertunjukan Wayang Sasak, menyebabkan Rachmat tak pernah ragu menyematkan gelar ”Pahlawan Budaya Tanpa Tanda Jasa”. Bagi Rachmat, melalui pengorbanan dan dedikasi Lalu Nasib, masyarakat Sasak bisa terus menghargai akar sejarah yang memancarkan kebanggaan dan identitasnya.

Melihat kondisi Lalu Nasib yang tak bisa bergerak dan berjalan se lincah dulu, Rachmat memberikan langsung bantuan kursi roda elektrik tersebut pada Ahad (4/2) lalu. Bantuan tersebut merupakan program aspirasi Rachmat Hidayat melalui Kementerian Sosial, salah satu mitra kerja Rachmat sebagai Anggota Komisi VIII DPR RI.

166