Home Teknologi Peran AI Generatif untuk Bisnis di Indonesia

Peran AI Generatif untuk Bisnis di Indonesia

Peran Penting Kecerdasan Buatan Generatif untuk Perkembangan Bisnis di Indonesia

Oleh: Jayant Bhargava*

 

Selama tiga tahun terakhir, pandemi dan berbagai tantangan luar biasa lainnya telah menguji para CEO beserta jajaran pimpinan perusahaan. Pasca pandemi, sebagian besar para pemimpin perusahaan besar berupaya bangkit menghadapi situasi dengan bertransformasi dengan lebih besar dan cepat dari sebelumnya, kami menyebutnya dengan istilah compressed transformation. Selain itu mereka juga mengadopsi semua strategi yang mengarah pada pemanfaatan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) generatif.

Di Indonesia, di tengah kebutuhan konsumen yang terus berkembang, situasi pasca pemilu yang akan datang, dan masalah keberlanjutan lingkungan yang dipicu oleh iklim, dunia bisnis sedang berada di titik yang sangat krusial. Di saat yang bersamaan, Indonesia juga berkomitmen untuk menjadi pusat teknologi melalui prioritas pemerintah yang mendorong digitalisasi untuk pertumbuhan ekonomi, investasi pada infrastruktur digital, pengembangan teknologi 5G, serta berbagai program perkotaan yang inovatif (kota cerdas).

Oleh karenanya, skenario ini memberikan peluang jelas bagi bisnis di Indonesia untuk memanfaatkan perubahan, mendorong pertumbuhan, dan berkontribusi secara signifikan terhadap perekonomian negara.

Adopsi Strategi Total Enterprise Reinvention

Agar dapat terus bersaing dan bertumbuh, perusahaan di Indonesia perlu mengadopsi strategi baru yang memungkinkan mereka untuk merespons dan mengantisipasi perubahan. Accenture menyebutnya sebagai Total Enterprise Reinvention – sebuah strategi komprehensif yang berpusat pada inti digital yang kuat, memanfaatkan kekuatan data, AI, dan teknologi lain, serta mengintegrasikan cara baru demi mendorong pertumbuhan, mengoptimalkan operasi, dan mencapai tingkat kinerja yang baru.

Perubahan ini dimulai dengan anggapan bahwa setiap bagian dari bisnis perlu diciptakan kembali, dan tolak ukur saat ini tidak mencerminkan apa yang mungkin dapat terjadi jika perusahaan memiliki pola pikir yang dipengaruhi teknologi. Oleh karenanya, hal ini menjadi bukti bahwa kemajuan teknologi akan membuat perubahan menjadi kebutuhan yang berkelanjutan dan dinamis.

Lebih lanjut, fokus para perusahaan ini perlu beralih dari suatu program yang hanya sekali berjalan, menjadi sebuah perusahaan yang bangga mengusung perubahan di segala lini. Sehingga, perusahaan dapat mengasah pemahaman bisnis dan teknologi untuk menetapkan prioritas yang tepat, membangun budaya dan ketangguhan untuk perubahan, serta menununjukkan fokus yang tajam pada masa depan dan perkembangan eksternal.

Ada enam karakteristik perusahaan yang berhasil mengadopsi perubahan strategi secara menyeluruh:

1. Reinvensi bukan lagi menjadi sekadar sebuah kegiatan, melainkan strategi itu sendiri.

Kekuatan eksternal dan faktor-faktor disruptif — mulai dari laju inovasi teknologi, hingga pergeseran preferensi konsumen dan perubahan iklim – menuntut dunia usaha untuk bertransformasi agar berhasil.

2. “Inti Digital” jadi dasar fondasi untuk membangun keunggulan kompetitif dan ketahanan bisnis.

Inti digital (digital core) perusahaan yang didukung kekuatan cloud, data, dan AI memungkinkan pengembangan kemampuan baru secara cepat.

3. Reinvensi melampaui berbagai batas acuan.

Mengenali apa yang dianggap terbaik di kelasnya saat ini kelak akan menjadi sebuah ketertinggalan. Teknologi dan cara kerja yang baru dapat membantu bisnis menciptakan batas kinerja baru.

4. Strategi talenta dan dampak pada SDM adalah inti dari reinvensi. 

Pemberdayaan potensi talenta perusahaan melibatkan transformasi infrastruktur organisasi, proses kerja, budaya, dan proposisi nilai karyawan. Pengalaman holistik yang saling terhubung ini berasal dari perangkat digital yang digunakan perusahaan, lokasi fisik, perilaku, dan budaya yang diciptakan dalam perusahaan.

5. Reinvensi tidak mengenal batas dan meruntuhkan dinding ‘silo’ perusahaan.

Transformasi terjadi secara end-to-end yang menghubungkan orang, proses, dan data di seluruh perusahaan menjadi penting untuk mendorong terjadinya transformasi.

6. Reinvensi adalah sebuah perjalanan berkelanjutan, bukan hanya upaya satu kali yang ditentukan oleh waktu.

Hal ini perlu dipahami agar dunia usaha dapat berjalan lebih efektif dan efisien di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu.

Arah Ke Depan

Strategi Total Enterprise Reinvention dapat membantu bisnis dalam mengatasi berbagai tantangan selama tiga tahun terakhir. Sebagai contoh, beberapa perusahaan yang telah bertransisi dengan cepat ke cloud menghadapi kendala biaya, pemanfaatan layanan cloud yang efektif, dan reinvensi operasional secara utuh. Hal ini sering kali terjadi karena perpindahan ke cloud dilakukan per unit bisnis atau per fungsi, yang memberikan hasil awal, namun tidak sepenuhnya menyadari potensi teknologi untuk mengubah seluruh organisasi.

Melalui adopsi filosofi reinvensi berkelanjutan, bisnis dapat memberikan hasil yang lebih unggul dengan mempertimbangkan secara mendalam bagaimana proses reinvensi memungkinkan bisnis untuk berinteraksi dengan pelanggan dan karyawan, memberikan hasil yang berkelanjutan, dan meningkatkan pendekatan terhadap inovasi.

Pada akhirnya, keputusan untuk melakukan reinvensi bergantung pada berbagai faktor, termasuk situasi dan misi spesifik masing-masing perusahaan. Melalui penerapan strategi ini, bisnis di Indonesia dapat memposisikan diri di garis paling depan dan menciptakan masa depan yang lebih memberikan dampak dan kesejahteraan.

*Penulis adalah Country Managing Director, Accenture Indonesia

979