Home Regional Libur Panjang Tak Pengaruhi Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Lombok

Libur Panjang Tak Pengaruhi Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Lombok

Mataram, Gatra.com - Libur panjang yang menandai peringatan hari keagamaan Isra, Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW dan peringatan Tahun Baru China (Imlek) tidak berpengaruh signifikan terhadap kunjungan wisatawan yang datang ke Lombok. Meski terjadi peningkatan angka kunjungan ini, namun dinilai masih belum sesuai ekspektasi pelaku wisata. Penyebabnya dikarenakan dalam hitungan hari juga dilangsungkan pemungutan suara Pemilu 2024.

Ketua Indonesia Hotel General Manager Association (IGHMA) NTB Lalu Kusnawan mengatakan, terjadi peningkatan okupansi di momentum long weekend antara 30 – 40 persen di Lombok. Pelaku usaha merasa gembira dengan peningkatan jumlah okupansi ini, meskipun tak terlalu signifikan kenaikannya.

“Saya lihat sekitar 30 – 40 persen ada peningkatan. Seharusnya mungkin ini bisa lebih karena empat hari kan, Kamis sampai Minggu. Cuman mungkin karena suasana mau Pemilu, yang mungkin membuat tak seperti yang kita harapkan,” terangnya kepada media, Senin (12/2).

Dikatakan, kalender tahunan terlihat sejumlah momentum yang bisa digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk berlibur. Pada masa-masa itulah, perlu persiapan yang menjadi konsen bersama, misalnya menyangkut kebersihan, penataan destinasi.

Selain itu tujuan wisata Tiga Gili (Trawangan, Meno dan Air) ada kenaikan di momentum long weekend ini. Namun kadangkala wisata Gili sering tak terpengaruh dengan hari libur dalam negeri, karena destinasi ini banyak dikunjungi wisatawan mancanegara, yang memiliki siklus kunjungannya sendiri.

“Kalau 2000-an sehari ada masuk ke Gili. Tapi yang harus menjadi catatan, itu bukan karena long weekend ya. Kalau wisatawan mancanegara kan tak tergantung long weekend,” ujarnya.

Ia juga menyebut, perlunya angka kunjungan wisatawan dan hunian hotel, untuk memberikan database secara tercatat, atau satu sistem yang bisa merekam data kunjungan secara berkala dari bulan ke bulan di Provinsi NTB. Sehingga melalui sistem tersebut akan lebih mudah bagi pemerintah dan pelaku wisata menyusun strategi pariwisata.

“Jangan sampai kita salah menganalisa, sehingga tak pernah ketemu antara demand dan suplay-nya,” ungkapnya.

Menurutnya, instrumen untuk menghitung atau menyusun database wisatawan yang datang ke NTB sebenarnya sudah tersedia, hanya saja mungkin perlu ditingkat lagi sistemnya, misalnya di bandara dan di pelabuhan yang ada di setiap kabupaten/kota.

132