Home Pemilu 2024 Prang! Kendi-kendi Kezaliman Jokowi Pecah Berkeping-keping di Aksi Gejayan Memanggil Kembali

Prang! Kendi-kendi Kezaliman Jokowi Pecah Berkeping-keping di Aksi Gejayan Memanggil Kembali

Sleman, Gatra.com - Bunyi kentongan bertalu-talu terdengar di Bundaran Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Disusul kemudian kendi-kendi itu dibanting hingga pecah berhamburan.

Kendi-kendi tadi tertulis sejumlah penyimpangan demokrasi di masa Presiden Joko Widodo, seperti politik dinasti, pelanggar HAM, perusak reformasi, dan pelemahan KPK.

"Ini sebagai tanda hancurnya kezaliman dan keserakahan Jokowi. Siapa yang menjadi penyintas rezim Jokowi? Jangan diam! Lawan!" kata orator di "Aksi Sejagad, Aksi Serentak Jaringan Gugat Demokrasi", Senin (12/2).

Demonstrasi tersebut digelar mahasiswa dan civitas akademika lintas kampus di Yogyakarta sebagai bagian gerakan Gejayan Memanggil Kembali untuk mengecam situasi demokrasi jelang Pemilu 2024.

Mahasiswa perwakilan dari UGM, UII, UMY, UAD, Universitas Sanata Darma, UIN Sunan Kalijaga, dan UNY serta kampus lain berkumpul di Bundaran UGM, Senin siang. Dari arah kampus UII di Jalan Cik Di Tiro menyusul sejumlah dosen, sivitas akademika, dan aktivis pro demokrasi yang mengatasnamakan Forum Cik Di Tiro.

Mereka membawa poster-poster yang mengkritik berbagai kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo, seperti keputusan MK yang meloloskan anak Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, di pilpres, pelanggaran HAM, UU Cipta Kerja, hingga eksploitasi alam di Wadas, Purworejo.

Mahasiswa dan para aktivis kemudian melakukan konvoi menuju perempatan Jalan Gejayan, Sleman, sambil terus berorasi dan mengangkat poster protes.

Koordinator Forum Cik Di Tiro, Masduki, menyatakan gerakan ini digelar di masa tenang jelang pemilu untuk memberi asupan data tentang kondisi demokrasi dan kelakuan para elite ke masyarakat.

Asupan data ini berlaku semua calon presiden dan partai politik sehingga aksi ini dijamin non-partisan. "Kita berikan asupan data dan warning ke elit dan parpol jangan bermain-main dengan nurani publik," ujar dia di sela aksi.

Ia menyebut, gerakan moral dari mahasiswa ini menghentikan laju musim gugur demokrasi yang ditandai ketakutan publik hingga akademisi untuk berbicara dan menyatakan pendapat. Tujuannya bukan hanya untuk penyadaran publik di pemilu dua hari lagi, tapi dalam jangka panjang bagi penyelamatan demokrasi.

"Kalau musim gugur ini dibiarkan akan terjadi musim dingin demokrasi yang panjang dan terjadi kebekuan nurani. Itu bahaya," ujar dosen Universitas Islam Indonesia (UII) ini.

838