Home Apa Siapa Berawal dari Pelukis Photoshop 1985, Inilah Perjalanan Karir Rantastia Nur Alangan di Dunia Militer 

Berawal dari Pelukis Photoshop 1985, Inilah Perjalanan Karir Rantastia Nur Alangan di Dunia Militer 

Jakarta, Gatra.com - Kisah seorang putra Indonesia yang diam-diam memberikan kontribusi secara tidak langsung dalam membantu para perwira tinggi TNI AL, TNI AD, dan TNI AU dalam prestasi karier untuk mendapatkan pengakuan Internasional dalam bentuk Penghargaan Prestasi mereka.

Beliau bernama Lt. Gen. Rantastia Nur Alangan yang tidak pernah tersorot ke publik dan tidak mau didokumentasikan di arsip Institusi TNI (Tentara Nasional Indonesia) dalam partisipasi memberikan mediasi kepada sejumlah perwira tinggi TNI AL, TNI AD dan TNI AU untuk mendapatkan Penghargaan dari UNPKFC (United Peace Keepers Federal Council) yang bermarkas di Thailand.

Sesuai penelusuran awak media, ternyata sejarah terbentuknya UNPKFC di Thailand tidak terlepas dari peranan seorang Rantastia sebagai satu satunya seorang putra Indonesia. Atas peranannya maka UNPKFC berkembang pesat menjelma sebagai organisasi Internasional yang konsenterasi pada bidang kemanusiaan dan perdamaian dunia.

Adapun hasilnya, Channel Youtube resmi Kemenhan RI (Kementerian Pertahanan Repubik Indonesia) mengunggah video acara GLS (Global Leadeshipr Summit) tahun 2023 di Thaialnd. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat menghadiri reuni emas Akabri 1973 menyampaikan pesan kepada para Taruna, untuk meneladani setiap torehan prestasi senior mereka, yang hingga kini tidak pernah berhenti berbakti kepada negara dan bangsa.

Seperti halnya empat orang Perwira TNI kembali mendapat penghargaan pada event internasional Global Leadership Summit (GLS) 2023, yang diselenggarakan United Peace Keepers Federal Council (UNPKFC) bersama UNESCO, di Bangkok, Thailand, belum lama ini. 

Para Perwira TNI itu antara lain, Laksda TNI Jalasena Satriyawirya mendapatkan penghargaan dalam Bidang Humanitarian, kemudian Kolonel Adm. Tri Ambar Nugroho, mendapat penghargaan Global Peacekeepers. Dua perwira lainnya, yakni Letkol Marinir Arief Rahman Hakim, mendapat penghargaan di bidang Global Peacekeepers, saat dan sebagai instruktur di wilayah Asia, Australia serta beberapa negara Eropa, serta Letkol Laut (P) Ario Sasongko, mendapatkan penghargaan tertinggi di Bidang Global Humanitarian.

Putra asli pasangan Jawa Sunda, yang ayahnya bernama Setyo Rahardjo dan ibundanya bernama Nursijah yang kemudian pak De (sebutan orang jawa adalah kakak kandung ayahnya) seorang Angkatan Udara bernama Soeratno dan Kakeknya seorang Angkatan Laut benama Sutantyo. 

Perlu diketahui, keahlian Rantastia adalah melukis wajah, pemandangan dan sebagainya. Tahun 1985 beliau kuliah di Akademi Budi Utomo jurusan Manajemen Komputer. Dari sinilah Rantastia mempelajari Digital Art (melukis di photoshop dan membuat animasi atau gambar bergerak yang terangkum dalam Tekhnologi dan Multimedia) menggunakan software computer.

Atas keahliannya pada tahun 1987, Rantastia bergabung dengan seorang paranormal bernama Raden Wijaya yang dipercaya oleh pihak Kepolisian, karena kesitimewaannya dapat mengungkap kasus-kasus pembunuhan, orang hilang dan sebagainya. 

Kemudian, Rantastia membantu dengan keahliannya menggambar wajah. Di Tahun 1990 Rantastia mendirikan Pergurun Silat Majapahit Mataram, karena guru spiritual sekaligus partnernya yaitu Raden Wijaya mempunyai keahlian pencak silat yang berasal dari Majapahit dan Mataram.


Pada tahun 1992, kepolisian Polda Metro Jaya memberikan Surat Tugas Nomor Pol.HP.14/VX92, sebagai Public Relation atau Petugas Panitia Hari Bhayangkara ke 46 dan Kampanye Kamtibmas tahun 1992 di jajaran Polda Metro jaya, Surat Tugas itu ditandatangani oleh Drs. Soeroto Adhi Karyono Kolonel Polisis NRP. 38010001.

Lalu, pada tahun 2003, Rantastia bertemu dengan salah satu anggota pejuang sejarah kemerdekaan BRM Hario Budiono adalah tokoh pejuang (Tentara PETA) yang sangat dekat dengan Presiden Soekarno. Kebetulan sejak tahun 2003, Rantastia  menjadi sekretaris BRM Hario Budiono yang dalam menjalankan misi Surat Keputusan Presiden Soekarno tentang Doktrin Perjuangan Tri Sandhy Gajah Kencana No 013/PPTAPRI/SKR/III/50, yang kemudian dilebur menjadi BIP 45 (Badan Intelijen Pejuang 1945) oleh Jenderal Pur (TNI) GPH. Cokrodiningrat Mantan Sekretaris Militer Bung Karno. 

Diketahui, Tri Sandhy Gajah Kencana adalah Tentara Rahasia atau Laskar Pendem, yang diciptakan sebagai suatu organisasi yang dibentuk secara super rahasia, tempat markasnya dirahasiakan sehingga tidak ada yang tahu, dan juga personilnya dan gerakannya terrahasia. Karena diciptakan untuk menjalankan misi rahasia diatas rahasia yang sangat besar untuk mempertahankan keutuhan negara Indonesia. 

Dalam operasinya seluruh personal satu sama lain tidak ada yang mengenal padahal mereka dalam satu situasi yang sama, tetapi Ketika mereka memberikan kode isyarat baru mereka saling mengenal. Mereka tersebar dan membaur dalam kehidupan Masyarakat, ada yang menjadi buruh, ada yang menjadi petani, ada yang menjadi pedagang, ada yang menjadi seorang guru dan sebagainya.

Pada tahun 2003, berdasarkan Surat Tugas no 021/SP/III/2003 ditandatangani oleh Jenderal Pur (TNI) GPH. Cokrodiningrat mengangkat BRM Hario Budiono sebagai Pimpinan BIP 45 didampingi Rantastia sebagai Sekretarisnya. Dengan menjalankan BIP 45 maka otomatis menjalankan wasiat Bung Karno yang diamanatkan kepada BRM Hario Budiono, wasiatnya itu adalah menjalankan misi The Yunan Agreement tahun 1957, yaitu Perjanjian untuk Stabilitas Perekonomian sebagai pijakan untuk Perdamaian dunia. 

Wasiat ini terkait dengan PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) yang ada di Tiongkok. Dimana Tiongkok adalah salah satu pendiri PBB selain Amerika, Rusia, Perancis dan Inggris yaitu negara negara yang menang Perang Dunia ke 2. Maka dari itu The Yunan Agreement sangat erat kaitannya dengan Tiongkok.

Pada tahun 2010, ada seorang utusan dari Tiongkok menghubungi BRM Hario Budiono untuk bertemu dengan Jenderal Allen Neoh di Shenshen. Maka segeralah berangkat BRM Hario Budiono dan Rantastia memenuhi undangan dari Jenderal Allen Neoh dikenal sebagai Tokoh Militer yang sangat dihormati di Tiongkok, dan merupakan Representatif dari Kerajaan Inggris yang dipimpin oleh Queen Elizabeth II.

Singkat cerita, BRM Hario Budiono bersama Rantastia bertemu dengan Jenderal Allen Neoh membahas The Yunan Agreement. Pembahasan itu berlangsung setiap bulan. Dan pada akhirnya kesepakatan dari perwakilan negara negara di kawasan Asia Pasifik dibentuk organisasi militer bernama United Nations Peace Keeping Forces Council. 

Selama 5 tahun, Rantastia bersama BRM Hario Budiono mondar-mandir ke Tiongkok dalam rangka pemusatan pendidikan/latihan dan sekaligus ditugaskan sebagai anggota United Nations Peace Keeping Forces Council. Dari sinilah Rantastia ikut terlibat dalam latihan dan tugas sebagai Diplomatik Militer bersama dengan 15 orang dari Asia Pasifik.


Sejak saat itulah Rantastia berkembang pesat sampai mendapat pangkat Kolonel dan terus melaju akhirnya mendapat pangkat Letjen diberikan oleh Jenderal Allen Neoh yang disaksikan oleh BRM Hario Budiono. 

Tak diduga, tahun 2015 mendapat penghargaan Sertifikat Special Forces Combative dari Amerika. Setelah itu tahun 2016, BRM Hario Budiono meninggal dunia dalam usia 87 tahun. Maka perjuangannya digantikan oleh Rantastia untuk terus mengumandangkan misi Tri Sandhy Gajah Kencana. Bersamaan tahun 2016 Rantastia untuk pertama diundang ke Markas Besar PBB di New York, Amerika. 

Kemudian ditahun yang sama pula Rantastia diundang ke Gedung Putih Washington dalam rangka Pelantikan Donald Trump. Tetapi dalam suatu hal Rantastia tidak sempat hadir. Sejak itu Rantastia langganan mendapat undangan dari berbagai organisasi dunia terutama dari PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) hingga sampai sekarang.

Kemudian, tahun 2017, setelah mendapat modal dalam pendidikan diplomat kemeliteran Rantastia bergabung dengan pasukan kemanusiaan bernama CSLI (Corps Saint Lazarus International) di bawah naungan PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) dari Austria. Otomatis Rantastia harus menyesuaikan diri dalam menjalankan tugas dan sekaligus ikut pelatihan bersama para anggota yang lainnya dalam menjalankan misi Kemanusiaan hingga tahun 2021.

Disamping itu pada tahun 2018 Rantastia bermodalkan pengalaman di Shenshen bergabung menjadi anggota SPIA (Soldiers of Peace International Association) di bawah naungan PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa). Kemudian Laurent Attar Bay Rou mengangkat Rantastia sebagai koordinator SPIA di Indonesia hingga sampai sekarang.

Setahun kemudian yaitu tahun 2019,  Rantastia mendapat penghargaan Presidential Active Life Style Award dari Amerika. Ditahun yang sama 2019. Rantastia bergabung sebagai anggota ISMLLW (International Society For Military Law and The Law of War) hingga sampai sekarang. 

Kemudian tahun 2020 Rantastia bergabung menjadi anggota RSSG (the Royal Society of St George) di bawah naungan kekuasaan Queen Elizabeth II hingga sampai sekarang. Kemudian perjalanannya pada tahun 2021 bergabung bersama tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh di Thailand bernama Aphinita Chaichana dalam misi Kemanusian membentuk UNPKFC (United Peace Keepers Federal Council) hingga sampai sekarang. 

Pada tahun 2021 Rantastia Juga aktif dalam kegiatan UNHCR. Tidak sampai disitu tahun 2022 Rantastia bergabung menjadi anggota FRME (Federation Royale de Militaires Etranger). Belum lama tahun 2023 Rantastia menghadiri HLPF (High Level Political Forum) di markas besar PBB di New York, Amerika.

Dalam perjalanan kemeliterannya Rantastia mendapat berbagai penghargaan medali tanda Jasa diantaranya dari: President's Volunteer Service Awards Amerika, Wings dan Brevet dari Royal Thai Army Ranger Soldier Special Forces, dan berbagai penghargaan Inggris, Malaysia, Austria, Belgia, Amerika. Thailand, Philipina, Korea, Vatikan dan Jerman.

Menurut Rantastia, segala sesuatu perjuangan yang dilakukan dengan niat dan tulus ikhlas akan mendapat pertolongan langsung dari Tuhan. “Pada saat kita sedang mengalami dan menghadapi permasalahan walaupun besar sekalipun, tapi tanpa diduga permasalahan itu dapat diselesaikan dengan baik,” pungkasnya.
 

294