Home Politik Bursa Pilkada Kota Yogyakarta Mulai Ramai, Penjabat Wali Kota Bersaing dengan Eks Wawali dan Kader Partai

Bursa Pilkada Kota Yogyakarta Mulai Ramai, Penjabat Wali Kota Bersaing dengan Eks Wawali dan Kader Partai

Yogyakarta, Gatra.com - Sejumlah sosok meramaikan bursa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Yogyakarta 2024. Nama penjabat wali kota dan politisi kawakan kota gudeg beredar di publik. 

Untuk menangkap nama-nama yang masuk radar bakal calon Wali Kota Yogyakarta, komunitas anak muda yang menaruh perhatian pada politik, Muda Bicara ID, pun menyelenggarakan survei.

Survei ini dilakukan pada 1 hingga 14 Maret 2024 dengan sampel 140 responden yang tersebar secara proporsional di 14 kecamatan di Kota Yogyakarta. "Dinamika Pemilihan Wali Kota Yogyakarta telah dimulai dan kontestasi khususnya pada bursa calon masih sangat dinamis," ujar Iqbal Khatami, penggagas Muda Bicara ID, Minggu (28/4).

Menurut Iqbal, berdasarkan hasil survei itu, beberapa nama muncul, seperti Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo yang meraih dukungan responden 26 persen, Wakil Wali (Wawali) Kota Yogyakarta 2017-2022 Heroe Poerwadi dengan 16,8 persesn, dan anggota DPRD DIY sekaligus Ketua DPC PDIP Kota Yogyakarta Eko Suwanto dengan 15,8 persen.

Selain itu,  ada anggota DPD RI M. Afnan Hadikusumo meraih 15,7 persen, anggota DPRD DIY dari PDIP Imam Priyono dengan 13 persen, Ketua DPW Partai Ummat DIY Dwi Kuswantoro 7,6 persen, anggota DPRD DIY dari PAN Arif Noor Hartanto 2,3 persen, Ketua PD Muhammadiyah Yogyakarta Akhid Widi Rahmanto 1,4 persen, dan kader Partai Gerindra Budi Waljiman 1,2 persen.

Iqbal menjelaskan, survei tersebut menyediakan nama-nama itu berdasar bursa calon yang bermunculan di media untuk kemudian disebut responden . "Namun, juga kita sediakan opsi terbuka. Di awal kita sediakan 8 nama, kemudian ada satu nama yg muncul di luar list kita yakni Akhid Widi Rahmanto," tutur dia saat dikonfirmasi gatra.com.

Mengenai alasan memilih figur, Iqbal memaparkan, sebanyak 66,3 persen responden menjawab belum tahu faktor pemilihan calon tersebut. "Analisis kami adalah berkaitan dengan popularitas nama-nama tersebut di benak responden," lanjutnya.

Namun ada 18 persen menyatakan tokoh tersebut dianggap berpengaruh di Kota Yogyakarta dan 12,6 persen menjawab pilihan sesuai hati nurasi. "Analisis kami ini adalah responden yang sudah memiliki kedekatan emosional dengan nama yang ia pilih," katanya.

Selain itu, 2,3 persen responden menyebut pilihan berdasar imbalan. "Analisis kami responden yang memilih ini adalah tipikal yang pragmatis, dan atau merasa pernah dibantu dengan pemberian uang/barang dari nama yang ia pilih," tutur Iqbal.

Survei itu menunjukkan pemilih yang masih dapat mengubah pilihannya (swing voters) tergolong tinggi yaitu 56,5 persen dan pemilih yang belum menentukan pilihan secara tegas (undecided voters) mencapai 29,8 persen.

"Kemungkinan-kemungkinan perubahan peta politik masih dapat terjadi. Bagi nama-nama yang masuk ke dalam bursa, masih memiliki waktu yang panjang untuk mempersiapkan diri, termasuk mencari kendaraan dan menyusun strategi menggaet pemilih Kota Yogyakarta dengan cara-cara yang menarik serta mendukung demokrasi substansial," papar Iqbal.

203