Home Politik Pengamat: Prabowo Diharap Tak Terjebak dalam Politik Merangkul yang Kebablasan

Pengamat: Prabowo Diharap Tak Terjebak dalam Politik Merangkul yang Kebablasan

Jakarta, Gatra.com - Presiden terpilih Prabowo Subianto dinilai perlu mempertimbangkan potensi terganggunya keseimbangan demokrasi dan pemerintahan akibat gemuknya koalisi.

Pendiri Haidar Alwi Institut, R. Haidar Alwi mengingatkan Prabowo untuk tidak hanya merangkul semua pihak ke dalam koalisi pemerintahannya.

"Kekuasaan yang besar membutuhkan kontrol yang besar pula. Sehingga perlu adanya penyeimbang kekuasaan atau ruang oposisi." ujar Haidar Alwi dalam keterangannya kepada Gatra.com, Selasa (7/5).

Menurut Haidar, oposisi yang baik akan memberikan manfaat untuk mengingatkan pemerintahan yang berkuasa agar tetap menjalankan pemerintahan, sesuai dengan perundangan dan mengutamakan menuntaskan janji politik yang telah dan akan diajukan selama masa pemerintahan.

"Waktu tersisa selama kurang lebih enam bulan sebelum pelantikan perlu dingatkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam membentuk koalisi dan postur koalisi yang tepat sesuai tujuan diatas," katanya.

Haidar memandang politik merangkul yang diterapkan Prabowo membuat peluang pemerintahan tanpa oposisi semakin terbuka lebar. Terlebih, Nasdem dan PKB telah mendeklarasikan diri menjadi bagian dari pemerintahan Prabowo. Sementara PPP menyatakan siap bergabung dan PKS disebut bersedia jika diajak.

Satu-satunya harapan terbesar ruang oposisi kini berada di tangan PDI Perjuangan. Sebagaimana diketahui saat ini tengah diupayakan untuk merangkul PDIP untuk masuk ke dalam koalisi.

Setelah gagalnya rencana pertemuan Prabowo-Megawati, kini muncul rencana pembentukan presidential club yang akan melibatkan Jokowi dan SBY. Semua itu menurut Haidar adalah upaya untuk menaklukkan PDI Perjuangan.

"Kalau akhirnya PDIP takluk, berhasil dirangkul, hampir dapat dipastikan pemerintahan Pak Prabowo tanpa oposisi. Dan ini tentunya alarm bahaya untuk demokrasi kita." ujarnya.
"Bahkan lebih lanjut juga berbahaya untuk pemerintahan Pak Prabowo sendiri. Hal ini dikarenakan tidak adanya kontrol terhadap kekuasaan," tuturnya.

Maka itu, Haidar berharap agar Prabowo tidak terjebak dalam politik merangkul yang kebablasan, namun sebaliknya tetap menyediakan ruang yang cukup untuk oposisi. Sehingga oposisi tidak dilihat sebagai ancaman tapi dari kacamata positif oposisi menjadi vitamin yang akan memperkuat pemerintahan.

"Membangun bangsa tidak harus berada di dalam kekuasaan (koalisi) tapi juga bisa dari luar kekuasaan (oposisi). Keduanya memiliki fungsi dan manfaat yang berbeda tetapi akan menimbulkan keseimbangan. Sehingga keduanya harus tetap dijaga. Adalah kesia-siaan dalam membangun atap ketika pilar dirobohkan, runtuh," tegas Haidar.

Haidar menilai Prabowo akan kian kebablasan jika sampai meninggalkan para pejuang seperti relawan dan tokoh hebat non-partisan yang secara mandiri telah berdarah-darah menghantar kemenangan menjadi Presiden terpilih untuk masa bakti 2024-2029.

Prabowo disarankan mengutamakan dulu membagi penugasan kepada para relawan yang memiliki kompetensi pada bidangnya masing-masing.

"Jangan sampai anak dipangku dilepaskan, beruk di rimba disusukan. Saya yakin Pak Prabowo sebagai pemegang hak prerogatif, pasti bisa dan tetap ingin bersama para pejuangnya," tegas Haidar.

31