Home Pendidikan “Buldozer dari Palestina” dan “Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik” Berikan Khazanah Baru

“Buldozer dari Palestina” dan “Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik” Berikan Khazanah Baru

Jakarta, Gatra.com – Buku “Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik” dan “Buldozer dari Palestina” memberikan khazanah dan wawasan bagi pembaca dalam memahami dinamika politik global di mana Indonesia merupakan salah satu entitas penting di dalamnya.

Demikian disampaikan Teguh Santosa, Dosen Hubungan Internasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hifayatullah Jakarta, Teguh Santosa, penulis kedua buku tersebut.

Ia menyampaikan harapan tersebut ketika menyerahkan kedua buku karyanya itu kepada Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang diwakili Sekretaris Jenderal (Sekjen) PWI, Sayid Iskandarsyah, di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Jumat (17/5).

Kedua buku yang berisi hasil wawancara Teguh Santosa dengan duta besar (Dubes) negara sahabat di Jakarta tersebut melengkapi Pojok Baca Digital di Kantor PWI.

Kedua buku ini diluncurkan pada tanggal 30 Juli tahun lalu di Jaya Suprana School of Performing Arts dan dicatat Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai buku berisi wawancara dengan duta besar negara sahabat terbanyak.

“Buku ini merekam berbagai problematika politik global dari perspektif puluhan negara mewakili semua kontinen,” ujar Teguh dalam keterangan pers.

Mantan Ketua Bidang Luar Negeri PWI Pusat (2013–2018) itu menyampaikan, buku tersebut bersisi tentang ketegangan demi ketegangan yang berujung pada peperangan, maupun berbagai upaya bersama untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas kerja sama antarbangsa dan negara.

Teguh yang juga mantan anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat (2018–2020), tersebut sebelumnya juga menulis buku “Di Tepi Amu Darya”. Buku ini berisi reportase dari perbatasan Uzbekistan dan Afghanistan menjelang kejatuhan rezim Taliban di Afghanistan tahun 2001.

Di masa itu, Teguh yang kini memimpin Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), berusaha mencapai Kabul dari sisi utara, tepatnya Kota Termez yang berada di tepi Sungai Amu Darya yang memisahkan Uzbekistan dan Afghanistan.

Upaya Teguh menembus Kabul terkendala karena jembatan yang menghubungkan kedua negara tak kunjung dibuka. Namun dari tepi Amu Darya, Teguh merekam perspektif lain dari ketegangan yang sedang terjadi.

Seperti buku “Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik” dan “Buldozer dari Palestina”, “Di Tepi Amu Darya” juga diterbitkan Booknesia Publishing House, anggota IKAPI.

Ketika sedang menempuh pendidikan S2 di University of Hawaii at Manoa (UHM), pada tahun 2008 Teguh juga terlibat aktif dalam penerbitan buku dari disertasi Ann Dunham Soetoro. Buku itu diterbitkan Penerbit Mizan dengan judul “Pendekar-pendekar Besi Nusantara”.

Adik Obama, Maya Soetoro, secara khusus meminta Teguh mendampingi Prof. Alice Dewey menuliskan kata pengantar untuk buku tersebut. Prof. Dewey adalah promotor disertasi Ann Dunham Soetoro.

Bersama Dandhy Dwi Laksono yang kini dikenal sebagai produsen film dokumenter, Teguh juga pernah menulis buku berjudul "Komisi I" yang membahas berbagai isu internasional, intelijen, dan pertahan keamanan. Saat ini, Teguh sedang menyusun buku “Sejengkal Tanah Tuhan”.

Sementara itu, Sekjen PWI Sayid Iskandarsyah menyampaikan terima kasih kepada Teguh Santosa yang memberian dua buku untuk mendukung program peningkatan literasi PWI.

“Insyaallah buku ini akan bermanfaat bagi kita semua, khususnya anggota dan pengurus PWI,” kata Sayid.

13

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR