Home Ekonomi Kearifan Lokal dan Pengembangan Rawa untuk Pertanian

Kearifan Lokal dan Pengembangan Rawa untuk Pertanian

Bogor, Gatra.com - Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mengatakan, pengembangan lahan rawa sebagai lahan pertanian harus dilakukan secara terpadu dengan menyentuh semua aspek seperti teknis, sosial ekonomi, dan kelembagaan yang berbasis riset dengan kearifan lokal.

Amran dalam keterangan tertulis, Kamis (27/6), menyampaikan keterangan tersebut dalam rapat koordinasi di Bogor, Jawa Barat (Jabar), Rabu (26/6). Menurutnya, masyarakat Sumatera Selatan (Sumsel) dan Kalimantan Selatan (Kalsel) pada zaman dulu telah berhasil mengelola rawa dengan mengedepankan kearifan lokal.

Pada kesempatan itu, Amran juga meminta peneliti Balitbangtan membumikan hasil-hasil inovasinya agar bisa diadopsi petani untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. "Kita integrasikan local wisdom dengan kajian ilmiah," katanya.

Menurut Amran, tentu sebagai eksekutor dalam hal ini adalah pemerintah daerah (pemda) yang diharapkan menjadi integrator untuk menggerakkan petani dan penyuluh pertanian.

Pengembangan rawa untuk pangan itu dilakukan dengan program Serasi melalui 2 model pengembangan di Sumsel dan Kalsel. "Grand design disusun lintas stakeholder seperti Balitbangtan, Ditjen teknis, dan pemda di kedua provinsi," katanya.

Menurut Amran, program pengembangan lahan rawa bukan mimpi di siang bolong karena Kementerian Pertanian (Kementan) telah membuktikan banyak hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.

"Pada kurun 2015-2019 anggaran Kementan melandai, tetapi kita mampu buktikan ekspor meningkat sampai 10 juta ton dengan rata-rata 300 juta ton, PDB sektor pertanian 3,7%, dan inflasi turun rata-rata 1% pada periode tersebut. Intinya, tidak ada yang mustahil," kata Amran.

Sementara itu, peneliti di BPTP Sumatera Selatan, Budi Raharjo, menyampaikan, para peneliti di Sumsel siap mendukung program tersebut. "Dengan dukungan pusat, maka pasukan di daerah siap begerak," ujarnya.

Demikian pula Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) di Kalsel bertekad untuk melakukan pendampingan soal teknologi dan inovasi untuk pengembangan model di kedua provinsi tersebut. "Sejumlah peneliti dan teknisi yang telah kami latih akan tinggal mendampingi di lapangan," kata Hendri Sosiawan, Kepala Balittra.

Kementan membuat demfarm yang dilaksanakan peneliti bersama petani dan penyuluh pada suatu kawasan. Mereka memperagakan berbagai teknologi usahatani yang unggul dan telah teruji untuk dilihat, dicoba, dan dicontoh oleh petani sasaran.

Kawasan demfarm di Kalsel dan Sumsel dapat menjadi Kawasan Pertanian Sejahtera (Sapira) yang terdiri dari dua cluster. Cluster lengkap di 2 lokasi dan cluster tidak lengkap di 7 lokasi.

Cluster lengkap meliputi berbagai teknologi budidaya berbagai komoditas seperti padi, hortikultura, itik, dan ikan dengan alsintan, kelembagaan, dan bimbingan teknik. Sedangkan cluster tidak lengkap hanya teknologi budidaya padi.

Kawasan demfarm melibatkan komponen fisik berupa penataan air dan lahan, teknologi, kelembagaan, manajemen riset dan koordinasi dalam suatu kawasan, serta dilaksanakan untuk mempercepat proses diseminasi.

"Semoga dampak kegiatan ini peningkatan hasil dan sekaligus kesejahteraan petani," kata Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Husnain.