Home Kesehatan Ikuti Fatwa Muhammadiyah, Kampus Ini Bentuk Satgas Antirokok

Ikuti Fatwa Muhammadiyah, Kampus Ini Bentuk Satgas Antirokok

Bantul, Gatra.com – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mendeklarasikan diri sebagai kampus bebas rokok pertama di Daerah Istimewa Yogyakarta. Bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan, UMY menghadirkan area bebas rokok sebagai bentuk  peringatan atas bahaya rokok dan paparan asapnya bagi kesehatan, termasuk satgas yang menjaga kawasan anti-rokok tersebut.

Bertajuk Kampus Senyaman Taman, akronim dari sehat, nyaman, tertib, dan aman, pencanangan ini dilakukan oleh Wakil Rektor UMY Bidang Akademik Sukamta dalam peringatan Hari Tanpa Tembakau Seduni pada Kamis (11/7) di kampus UMY.

“Program ini sejalan dengan fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah No. 6/SM/MTT/2010 tentang hukum merokok,” katanya.

Ia menambahkan program ini sepenuhnya mendapat dukungan dari Majelis Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan PP Muhammadiyah yang ingin semua perguruan tinggi dan sekolah tinggi di lembaga pendidikan Muhammadiyah bebas rokok.

Program ‘Kampus Senyaman Taman’ diharapkan menghadirkan area belajar bersih dan hijau, kampus bersih dan hijau, kampus ramah disabilitas dan kampus tertib, aman, dan nyaman.

Rektorat akan melarang berbagai iklan, promosi, dan sponsor untuk berbagai kegiatan kampus dari perusahaan rokok. Sebagai gantinya, dipasang iklan tentang bahaya rokok.

“Tentunya kata-kata yang kami sampaikan melalui iklan maupun peringatan akan bersifat sentilan halus sehingga yang membaca akan selalu teringat,” ucapnya.

Dalam slide yang dipaparkan, beberapa contoh papan peringatan larangan merokok berbunyi ‘Berisik Tidak Boleh Apalagi Merokok’ atau ‘Jangan Racuni Makananku Dengan Asap Rokokmu’.

Selain itu, juga akan dibentuk satuan tugas anti-rokok yang mengawasi lingkungan kampus termasuk mematikan rokok jika ditemukan perokok di kampus.

Dalam paparannya, Wakil Ketua Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Dianita Sugiyo menjelaskan riset Kemenkes tahun 2018 menunjukkan rokok menjadi pemicu naiknya prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia.

“Dari hasil Riset Kesehatan Dasar Kemenkes RI, penderita penyakit  mengalami kenaikan dibandingkan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke dan hipertensi. Prevalensi kanker naik dari 1,4% menjadi 1,8%; stroke naik dari 7% menjadi 10,9%; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%,” jelasnya.

Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular sangat berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur.

“Dari riset itu DIY menjadi provinsi dengan prevalensi tertinggi senasional. Kami memberi apresiasi kepada Kabupaten Bantul dan Kulonprogo yang memberlakukan area bebas rokok,” jelasnya.

480