Home Milenial BWS Maluku: Tantangan Ambon yaitu Hadapi Daya Rusak Air

BWS Maluku: Tantangan Ambon yaitu Hadapi Daya Rusak Air

Ambon, Gatra.com - Tantangan Kota Ambon ke depan, adalah bagaimana cara menghadapi bahaya daya rusak air seperti banjir dan longsor. Sebab kota ini dilewati lima sungai yang membelahnya. 
 
"Hal tersebut yang harus dihadapi Kota Ambon selain banjir. Karena kota ini dibelah oleh lima sungai yakni Wairuhu, Waetomu, Batu merah, Batu Gajah dan Batu Gantong," ujar Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku, Harioyono Utomo, pada acara Konsultasi Publik Pengelolaan Resiko Banjir Terpadu, di Ambon, Rabu (31/7/2019).
 
Selain daya rusak air, Hariyono menyebutkan, pantai-pantai di sepanjang Teluk Ambon juga rentan terhadap abrasi. Dua hal ini kata dia,  yang menjadi tantangan dalam kaitan dengan banjir di Kota Ambon. 
 
Menurut dia, selama ini kejadian yang paling besar di Kota Ambon, pada tahun 2012. Jadi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai sudah merasakan kondisi banjir yang mempengaruhi kegiatan mereka sehari-hari. 
 
"Sekarang kita hanya berupaya. Kita tidak bisa meniadakan banjir sama sekali karena banyak faktor, termasuk kondisi topologi kita. Daya dukung yang seharusnya menjadi daerah resapan
 
 yang kemudian lima sungai yang memiliki banyak karakteristik. Paling panjang adalah sungai waeruhu yakni 17,8 kemudian dask kita kecil. Sehingga jika curah hujan tinggi dalam durasi pendek maupun panjang kemampuannya sudah tidak mencukupi.
 
Upaya kita bagaimana caranya meminimalkan dampak-dampak yang terjadi. Upayanya memang harus secar fisik dan non fisik, harus terpadu dan terintergrasi  serta saling mendukung. Dalam artian kita di balai wilayah sungai mempunyai tusi untuk hal-hal terkait masalah-masalah pendekatan secara fisik. 
 
Artinya bagaimana kita membangunan suatu bangunan struktur yang bisa meminim itu semua, minimal upaya kita adalah mengurangi percepatan debit air, kita sudah siapkan dua cek dum di yakobus dan petra yang akan kita bangun. Sekarang ini masih penyempurnaan designya, itu di bagian hulu. Bagian tengah kita harus memarkir sungai, debit arusnya. Kemudian upaya kita untuk air tidak meluap kemana-mana, untuk itu harus ada space kiri kanan, yang memungkinan dibangun semacam tanggul, terjadi overflow airnya tidak kemana-mana. 
 
Ini semua memerlukan waktu perencanaan yang matang, karena dari sisi justifikasinya secara teknks sudah baik, namun dari sisi sosial dan kesiapan lahan yang ada sebagainya perlu proses. Sehingga di dalam kegiatan ini perlu keterpaduan antara semuanya, semua tidak hanya stakeholder tapi juga konsep-konsep apa yang nantinya diterapkan.
 
Pengerukan salah satu upaya karena dalam hal ini konsep hanya adalah bagaimana kita menekan jumlah sedimen yang di atas. Kondisi lima sungai tersebut saat ini sudah banyak sedimen, dan penggerukan menjadi salah satu solusi. Penggerukan dilakukan untuk memperdalam alur dan kita lakukan pelebaran alur. Namun banyak faktor yang harus kita lakukan, seperti kita ingin mengeruk, buangannya akan kita angkut kemana. Kemudian alat pembesar masuk dan kepadatan daerah sungai juga menjadi salah satu hal tersendiri. Kemarin kita lakukan sedikit spot-spot tapi belum dapat optimal.
 
Kalau di Balai sungai, kita ada keterbatasan tusi, namun selama ini kordinasi dengan OPD terkait di kota maupun provinsi intens kita lakukan. Karena ada koridornya masing-masing, saat ini yang terpenting adalah bagaimana kita merajut semua tusi-tusi yang ada di masing-masing stakeholder. Paling tidak ada satu matrik, siapa berbuat apa dan kapan. Sehingga jika matrik telah menjadi satu konsern besar dan sama.
 
Karen saya rasa pemerintah juga harus ada anggaran, sebab anggaran tidak bisa cepat, makanya kita lakukan semua ini bersama-sama.
 
Saat ini kondisi yang terjadi di wilayah barat masuk pada musim kering, namun di ambon hujan. Makanya bila berbicara mengenai kondisi sungai sebenarnya untuk sungai-sungai di seram itu masih mencari keseimbangannya, karena disana datar. Kemarin terjadi beberapa banjir, dan ini yang membuat kami di balai melakukan invetarisin terhadap sungai-sungai yang ada.
 
Ambon salah satu kota yang pusat di maluku, dan lima sungai membelah kota ambon, sehingga kita jadikan prioritas. 
 
Partisipasi masyarakat sangat luar biasa, apalagi kelima sungai ini sudah terbentuk komunitas-komunitas peduli sungai, dan mereka ini yang bisa berperan. Contoh hal kecil, dalam kehidupan sehari-hari sudah tidak membuang sampah namun realitanya saat kemarin di IAIN membersihkan sampah bisa sampai 2 truck.
 
Jadi itu bukan suatu kegiatan yang bersifat seremonial saja, namun memang realita yang kita hadapi seperti itu. Penyadaran dan pembelajaran publik salah satu uapay yang kita lakukan. Mereka sudah tahu sebenarnya, namun bagaimana merubah kebiasaan itu yang terus kita lakukan. Sungai bukan tempat sampah, kemudian bagaimana menyadari bahwa mereka tinggal do tepi sungai ada kerawanan makanya mereka harus siap dan siaga. Pengaturan di bantaran sungai itu banyak.
 
Peserta dari komunita dan masyarakat peduli sungai, gereja, camat, tokoh masyarakat, OPD terkait.
671

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR