Home Milenial Biaya Hidup Belum Cair, Mahasiswa Beasiswa Ini Bingung

Biaya Hidup Belum Cair, Mahasiswa Beasiswa Ini Bingung

Pekanbaru, Gatra.com - Perempuan 18 tahun itu bolak balik menengok nomor ponsel orangtuanya. Sebentar dia pencet dan kemudian dia stop sebelum panggilan tersambung.

Dia menarik nafas sejenak dan akhirnya panggilan itupun tersambung,"Pak, tolong kirim uang ya. Uangku sudah enggak ada. Beasiswa belum cair," pinta Ruli kepada ayahnya, Swenry Jaya Pasaribu, yang baru pulang mencari batu di kampungnya di kawasan Sijunjung Sumatera Barat (Sumbar).

"Lah, katamu beasiswa, tapi masih minta duit pula," jawab Swenry.

"Iya mau gimana lagi, Pak. Beasiswanya belum cair juga," jawab sulung dari tiga bersaudara ini.

Ruli Suendrin Valentika Pasaribu adalah satu dari empat mahasiswa Beasiswa Sawit asal Sumatera Barat (Sumbar) yang diongkosi oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan kelapa Sawit (BPDPKS) kuliah di Politeknik LPP Yogyakarta.

Mahasiswi jurusan akutansi yang baru mulai kuliah September lalu itu mengaku bingung setelah beasiswa Rp1,4 juta perbulan yang dijanjikan BPDPKS belum juga cair.

Di sisi lain, duit Rp2 juta yang sempat dia bawa dari kampung sudah ludes. Maklum, selama kuliah, banyak kegiatan yang membutuhkan duit.

"Waktu pertemuan dengan pihak BPDPKS di kampus, mereka bilang beasiswa cair tanggal 1 Oktober 2019, tapi enggak cair. Terus dapat info lagi dari kampus kalau beasiswa itu bakal cair tanggal 10 Oktober, tapi belum juga. Setelah kami tanya kampus lagi, pihak kampus enggak mau lagi menyebut tanggal pencairan beasiswa itu. Bingung saya jadinya pak," keluh Ruli kepada Gatra.com, Jumat (11/10) malam.

Cerita di Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (CWE) lain lagi. Gara-gara beasiswa belum cair, banyak mahasiswa Beasiswa Sawit BPDPKS terpaksa meminjam duit untuk menyambung hidup.

"Kebetulan saya ikut meminjamkan uang kepada teman saya lantaran orang tuanya tak bisa mengirim duit. Kebetulan banyak teman di sini yang orang tuanya tak mampu," cerita Imam Agung Darmawan, mahasiswa D3 asal Desa Indra Sakti Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau, kepada Gatra.com, Jumat (11/10) malam.

Sulung dari dua bersaudara ini seangkatan dengan Ruli. Lantaran sesama D3, lelaki 20 tahun ini juga mendapatkan duit dengan jumlah yang sama dengan yang didapat Ruli.

Keduanya mengaku, sebelum berangkat ke kampus masing-masing, pihak kampus sudah berpesan supaya mahasiswa Beasiswa Sawit membawa bekal duit untuk dua bulan. Duit itu untuk talangan indekost dan biaya harian.

Tadinya mereka sempat bertanya-tanya, kenapa harus membawa bekal dua bulan. Setelah kuliah, barulah mereka tahu kalau beasiswa bulanan enggak langsung cair tiap bulan.

"Senior saya bilang, tahun lalu beasiswa mereka baru cair di bulan Januari," kata Ruli. Imam pun mengamini itu. "Saya juga dapat info beasiswa cair setelah tiga bulan. Yang jadi masalah sekarang, pakai apa kawan-kawan menyambung hidup jelang beasiswa itu cair. Kalau kebetulan orang tuanya mampu, enggak jadi soal, tapi yang enggak mampu ini seperti apa," ujarnya.

Persoalan beasiswa ini tak pelak jadi omongan panjang di Whatsapp group mereka yang berkecimpung di dunia sawit. Ada yang menyebut kalau kampus sebenarnya sudah menyanggupi untuk menalangi biaya mahasiswa jelang beasiswa cair.

Lalu ada pula yang menyebut kalau beasiswa BPDPKS ini justru memunculkan penderitaan versi baru di kalangan anak petani sawit.

"Mestinya yang semacam ini enggak akan terjadi kalau manajemen BPDPKS nya benar merencanakan dan mengelola beasiswa. Lembaga ini kan Badan Layanan Umum (BLU), bukan pemerintah yang menunggu pencairan anggaran APBD. Dan beasiswa ini bukan kali pertama, tapi sudah sekian angkatan. Ini benar-benar memalukan kalau sempat publik tahu. Katanya beasiswa, tapi justru membebani orang tua dulu sampai beberapa bulan," rutuk salah seorang orang tua mahasiswa yang tak mau namanya disebut.

Direktur Penyaluran dana BPDPKS, Edi Wibowo, membantah kalau pihaknya sama sekali tidak pernah memperlambat pencairan dana beasiswa, khususnya biaya hidup mahasiswa, baik pada kegiatan mahasiswa tahun ini, maupun tahun-tahun sebelumnya.

Sebab urusan biaya hidup ini kata Edi, prosedurnya sudah ada; berdasarkan permintaan kampus ke BPDPKS meski dana biaya hidup itu disalurkan langsung oleh BPDPKS kepada masing-masing rekening mahasiswa.

"Dari informasi yang kami dapat dari kampus, pengajuan biaya hidup mahasiswa belum diserahkan kepada BPDPKS lantaran ada sejumlah data mahasiswa yang perlu diperbaiki, khususnya terkait rekening bank milik mahasiswa yang tidak cocok antara data di kampus dan data pada pihak bank yang ditunjuk," ujar Edi kepada Gatra.com melalui pesan whatsapp, Sabtu sore (12/10).

Dan sebenarnya kata Edi, pihak kampus sudah memberitahu mahasiswa bahwa pencairan uang saku bakal dilakukan pada bulan Oktober 2019. Batas waktu pencairan hingga tanggal 15 setiap bulannya. "kalau dalam jangka waktu itu BPDPKS belum mencairkan, pihak kampus akan menalangi dulu kepada mahasiswa. Jadi sebenarnya enggak ada masalah," katanya.

Edi kemudian mengkilas balik program beasiswa sawit Indonesia itu. Bahwa beasiswa ini diselenggarakan oleh BPDPKS yang bekerjasama dengan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan yang tergabung dalam Asosiasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Sawit Indonesia (Alpensi).

Tahun ini, program pendidikan diberikan kepada 750 orang mahasiswa D1 atau setara, D3 dan D4 yang tersebar di lima kampus; AKPY – STIPER (Yogyakarta), Politeknik LPP Yogyakarta, Politeknik Citra Widya Edukasi (Bekasi), Politeknik Kampar (Kampar-Riau), dan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (Medan).

Dan tahun ini pula, BPDPKS juga memberikan bantuan beasiswa kepada 600 orang mahasiswa D3 yang sudah menjalani pendidikannya pada tahun 2016, 2017, dan 2018.

"Dalam program ini BPDPKS menanggung biaya berupa transportasi pulang-pergi kampus, biaya pendidikan, biaya asrama/kamar kos, uang saku (biaya hidup), uang buku, sertifikat kompetensi, dan magang di perusahaan perkebunan kelapa sawit.


Abdul Aziz

2336