Home Milenial Guru dan Siswa Manfaatkan Teknologi Belajar di Masa Pandemi

Guru dan Siswa Manfaatkan Teknologi Belajar di Masa Pandemi

Jakarta, Gatra.com - Sandiaga Salahudin Uno menilai dengan adanya wabah wabah virus corona atau covid-19 ini, sektor pendidikan juga harus melakukan penyesuaian agar proses belajar mengajar tetap dapat dilaksanakan. Salah satunya melalui metode study from home dengan memanfaatkan teknologi yang ada saat ini.

“Pandemi kali ini menghantam kita di era Indonesia modern, di Era kita masuk ke revolusi industri 4.0. Ini adalah kesempatan kita untuk mempercepat terutama pendidikan bahwa semua lini pendidikan harus dapat menjalankan konsep study from home,” kata Sandi di Jakarta, Senin (13/7).

Meski bisa belajar dari rumah dengan bantuan teknologi, Sandi mengingatkan agar para orang tua selalu mengontrol dan membimbing anak-anaknya dalam proses belajar. 

“Kita tidak bisa melepas mereka dengan teknologi. Kita harus berikan bimbing agar teknologi itu membantu mereka dalam meningkatkan kapasitas, proses belajar dan mengajar,” katanya.

Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini mengingatkan bahwa kedepan, selama virus ini masih ada masyarakat terutama guru dan murid harus terbiasa dengan kebiasaan baru saat sekolah-sekolah mulai dibuka pada masa new normal atau normal baru.

“Kita tidak bisa lari dari kenyataan ini bahwa suatu realita baru, new normal itu kita harus terbiasa dengan dengan hal-hal yang dulu kita tidak terbiasa, misalnya kita sekrang menggunakan masker, juga selalu menjaga kebersihan dengan hand sanitizer dan terbiasa mencuci tangan, tidak bersalaman, tidak berpelukan,” katanya.

“Saya yakin pandemi covid-19 memberikan satu ujian bagi sistim pendidikan kita untuk beradaptasi dan bukan hanya murid, tapi guru juga beradaptasi, orang tua juga beradaptasi, lingkungan juga beradaptasi,” ujarnya.

Sandi pun mengingatkan kedepan sistim pendidikan akan berubah. Pendidikan akan lebih mengarah pada vokasi atau peningkatan keterampilan sambil praktek.

“Dulu bahwa kita mulai masuk SMP, SMA, kuliah dan bekerja sudah berganti. Kita akan masuk kedalam konsep dimana kuliah sambil kerja, vokasi sambil kerja. Akhirnya pendidikan itu menjadi life long learning, tidak hanya 18-20 tahun. Dengan adanya covid ini edukasi, kita terutama experience learning akan sangat relevan,” katanya.

Sandi menilai dengan sistem yang demikian akan menuntut setiap orang untuk terus belajar karena perkembangan teknologi yang bergerak begitu cepat.

“Mungkin umur 30 tahun teknologi sudah berubah. Hal-hal yang kita pelajari pada saat 17 tahun sudah berganti total,” katanya.

Sandi juga mengingatkan bahwa bonus demografi yang terjadi di Indonesia pada 2030-2040 bisa menjadi bencana demografi bila tidak ada melakukan investasi di sektor pendidikan.

Sandi menyebut penduduk Indonesia yang tahun 2019 ini berusia 7 tahun, rata-rata mereka berharap bisa mengikuti pendidikan 12 tahun atau hanya hanya lulusan SMA- sederajat.

“Bonus demografi itu akan berubah menjadi bencana demografi kalau kita enggak bisa ubah bahwa mayoritas anak usia 7 tahun ini cuma dapat pendidikan 12 tahun kedepan,” kata Sandi.

Sandi meminta pemerintah dan semua pihak benar-benar memikirkan masa depan mereka, sehingga bonus demografi menjadi peluang dan cita-cita Indonesia Emas 2045 terwujud.

“Mereka harus dapat kesempatan pendidikannya minimal sampai S1 (sarjana) selesai, dan sebagian S2 (magister) dan akhirnya S3 (doktor). Jadi bonus demografi itu bisa jadi bencana kalau kita gak invest di pendidikan. Jadi kita harus berikan kesempatan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi,” katanya.

1539

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR