Jakarta, Gatra.com - Film 27 Steps of May karya sutradara Ravi Bharwani yang mengangkat isu trauma pasca kekerasan seksual terhadap perempuan, akhirnya dirilis untuk umum setelah berkelana ke beberapa festival film di dunia.
Film berdurasi 112 menit yang dibintangi oleh Raihaanun, Lukman Sardi, Ario Bayu, dan Verdi Solaiman ini pertama kali tayang di Busan International Film Festival pada Oktober 2018. Selain itu juga diputar di Cape Town International Film Matket & Festival, Goteborg Film Festival, dan Bengaluru International Film Festival.
Dikabarkan bahwa film ini membutuhkan waktu proses yang cukup panjang, yaitu sekitar lima tahun. Dua tahun pertama dilalui untuk tahap riset naskah, tiga tahun selanjutnya untuk pra dan pasca produksi.
Ada alasan tersendiri mengapa produksi film begitu lama, sebab film ini menitikberatkan elemen-elemen visual dalam bercerita, maka semua elemen yang muncul harus dibuat dan ditata secara deatil dan rapih.
“Hal tersebut tentu memerlukan ketelitian, kesabaran dan tentunya waktu. Manajemen waktu ini yang menjadi tantangan paling berat. Bersyukur saya didukung dengan tim yang solid, sehingga bisa terlaksana dengan baik,” ujar sutradara sekaligus produser Ravi Bharwani dalam konferensi pers di kawasan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (23/4).
Film 27 Steps of May bercerita mengenai Mau (Raihaanun) yang pernah menjadi korban pemerkosaan berkelompok ketika usianya masih 14 tahun. Akibat trauma yang medalam, May menarik diri sepenuhnya dari kehidupan, dan menjalani hidup tanpa koneksi, emosi serta kata-kata.
Peristiwa memilukan itu tidak hanya berdampak pada kehidupan May, tetapi juga Bapak (Lukman Sardi). Bapak sangat terpukul dan menyalahi dirinya karena tidak dapat menjaga putrinya. Trauma keduanya berlangsung hingga 8 tahun lamanya.
Bagi Anda yang berminat menonton film ini, maka jangan lewatkan penayangan perdana 27 Steps of May untuk umum pada 27 April 2019 mendatang. Tayangan ini bertepatan dengan acara Women’s March yang akan melakukan long march di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat.
Reporter: TFA
Editor: Birny Birdieni
