Home Gaya Hidup Dilematis Penggunaan Bahan Ramah Ligkungan dan Sintetis untuk Sekolah Fashion'

Dilematis Penggunaan Bahan Ramah Ligkungan dan Sintetis untuk Sekolah Fashion'

Jakarta, Gatra.com - Beberapa pelaku industri pakaian mulai mengalihkan bahan dasar produknya dengan bahan yang ramah lingkungan. Langkah ini diambil untuk menyokong gerakan sustainable fashion guna mencegah kerusakan lingkungan.

Meski sudah banyak yang mengambil bahan dasar dari alam, bahan dasar sintetis yang dibuat dari cairan kimia dan sulit terurai itu masih digunakan bahkan diperlukan oleh beberapa pihak. Satu di antaranya, sekolah fashion.

Pengajar dari sekolah fashion internasional ESMOD Jakarta, Tatang Khalid Mawardi mengakui hal tersebut menjadi dilematis. Meski punya dampak yang berbahaya, bahan sintetis masih diperlukan untuk pembuatan karya anak didiknya.

Baca Juga: Alternatif Ramah Lingkungan, Kayu Bisa Digunakan Sebagai Bahan Dasar Pakaian

"Penggunaan sintetis tetap diperlukan. Karena yang bisa dimacam-macamin itu sintetis. Diantaranya polyster, nilon, dan akrilik," jelas Tatang selepas diskusi #MakeItFeelRight through Sustainable Fashion bersama Lenzing di ESMOD Jakarta, Cipete, Jakarta Selatan, Rabu (24/4).

Bahan alami, lanjutnya, bukan berarti tak bisa digunakan untuk praktik mahasiswa di kampusnya. Bahan tersebut bisa digunakan, namun sangat terbatas dan membuat gerak kurang fleksibel. Bahan sintetis sendiri diperlukan untuk pembuatan pakaian yang handmade. Biasanya busana daerah yang perlu corak khusus atau bahkan bentuk yang unik, misalnya dengan cara dibakar.

Satu sisi ia menilai, ketimpangan dua bahan dasar berbeda ini sebenarnya bisa diatasi. "Bahan alami bisa di-promote lebih untuk dipakai (sehar-hari). Namun untuk kebutuhan pendidikan, sintetis itu tetap digunakan. Mungkin dengan proporsi jauh lebih sedikit," ujar pria berusia 38 tahun ini.

Baca Juga: Kadisbudpar: Aceh Harus Bisa Jadi Daerah Fashion Terkenal

Lebih lanjut, Tatang menjelaskan bahwa sustainable fashion tak sekadar menjadi jargon atau kampanye kekinian di industri fashion. Pihaknya juga menyelipkan topik ini sebagai bahan ajar di kampusnya, meski sorotan terhadap lingkungan belum dibahas secara detil.

"Pembahasan nggak detil ke lingkungannya. Selama ini yang banyak dibahas karakteristiknya, suplainya dari mana, vendornya dari mana, harganya berapa," tutup Tatang. 

1226