Home Internasional Korut Tes Rudal Lagi, Trump Kontak PM Jepang

Korut Tes Rudal Lagi, Trump Kontak PM Jepang

Washington, Gatra.com - Presiden Amerika Serikat Donald John Trump mengatakan bahwa ia sudah berbicara dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe setelah Korea Utara melakukan ujicoba senjata yang  menimbulkan keraguan masa depan dialog denuklirisasi kawasan itu.

Lewat tweet, Trump menggambarkan pembicaraannya dengan Abe sebagai ‘percakapan yang sangat bagus’, namun ia tidak memberikan rincian lainnya. Trump dan pemerintahannya sedang berusaha mengecilkan uji coba senjata Korea Utara, yang berlangsung pada Sabtu lalu. Menurut analis militer, kegiatan itu mungkin melibatkan rudal balistik jarak pendek dari darat ke darat.

Jika senjata tersebut adalah rudal balistik, itu akan menjadi peristiwa pertama ditembakkannya rudal oleh Korea Utara sejak pembekuan dalam uji coba nuklir dan rudal pada 2017, yang membuka jalan untuk berdialog bersama Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Analis menafsirkan tes sebagai upaya menekan Washington untuk memberikan dasar negosiasi denuklirisasi setelah pertemuan pada Februari antara Trump dan Kim Jong Un berakhir dengan kegagalan. Dalam pesan Twitter lainnya, Trump mengatakan dia masih yakin dia bisa mencapai kesepakatan dengan Kim.

Sekretaris Negara AS Mike Pompeo mengatakan bahwa Washington masih memiliki niat untuk bernegosiasi dengan Korea Utara. Pompeo mengatakan ia dan Trump sudah berbicara mengenai peluncuran rudal tersebut dan berusaha mengevaluasi tanggapan yang sesuai.

"Tapi kita akan menghabiskan setiap peluang diplomatik yang ada. Kami masih percaya ada jalan ke depan di mana Ketua Kim dapat melakukan denuklirisasi tanpa menggunakan apa pun selain diplomasi,” ujar Pompeo, dikutip dari Reuters, Senin (6/5).

Pompeo mengatakan peluncuran rudal jarak pendek itu tidak melewati batas internasional dan tidak mengancam Korea Selatan atau Jepang. Juga tidak melibatkan rudal jarak menengah, atau rudal antarbenua yang mengancam Amerika Serikat.

Departemen Luar Negeri AS sempat membidik catatan hak asasi manusia Korea Utara, dengan mengatakan bahwa pemerintah di sana telah menundukkan rakyatnya dengan pelanggaran berat hak asasi manusia dan kebebasan mendasar.

“Sekitar 100.000 orang merana di kamp-kamp penjara politik. Mereka yang mencoba melarikan diri dari lingkungan yang menindas ini, jika tertangkap, sering disiksa atau dibunuh,” ujar pihak Departemen Luar Negeri AS.

Media resmi Korea Utara menggambarkan uji coba itu sebagai latihan yang diawasi oleh Kim untuk menguji peluncur roket berkaliber besar dan senjata berpemandu taktis. Pakar militer di Universitas Kyungnam Korea Selatan, Kim Dong-yub mengatakan senjata yang dipandu bisa berupa rudal balistik berbahan bakar padat dengan jangkauan hingga 500 km (311 mil) yang dapat menetralisir sistem canggih anti-rudal AS THAAD.


 

1993