Medan, Gatra.com – Pemerintah diharapkan mempersiapkan pariwisata ramah anak di Kawasan Danau Toba (KDT). Wisata ramah anak meliputi keamanan dan kenyamanan anak dalam berrekreasi. Wisata ramah anak juga harus berkaitan dengan edukasi.

Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Tapanuli Utara (Taput) Fendiv Tobing mengatakan, wisata ramah anak di KDT sangat dibutuhkan. Wisata ramah anak tersebut harus dekat dengan alam dan dapat memberikan ruang gerak anak yang baik. Serta jauh dari kontaminasi perilaku wisatawan dewasa. Karena kerab kebiasaan wisatawan desa tidak sesuai dengan pertumbuhan anak. “Bisa dibuat zonasi. Misalnya kawasan wisata anak bebas rokok, tidak menjual minuman keras serta memberikan tempat bermain yang aman,” terangnya kepada Gatra.com, Senin (13/5).

Pada prinsipnya, wisata ramah anak adalah wisata dengan wahana yang bisa digunakan oleh anak-anak. Segala aspek permainan, rekreasi dan pelayanan yang ada di dalamnya tidak membahayakan anak. “Membahayakan dalam arti luas, bukan hanya membahayakan fisik. Tetapi juga membahayakan pada mental dan psikologi anak,” jelasnya.

Secara umum, orang tua merupakan pendamping utama anak dalam berwisata. Namun harus dipahami bahwa orang tua memiliki keterbatasan dalam menjaga anak saat berwisata. Termasuk menjaga dari berbagai atraksi pariwisata yang kerab tidak sesuai dengan kebutuhan anak. Contohnya ada atraksi yang mempertunjukan sadisme atau akrobatik yang tidak dapat di tiru anak. Hal ini yang harus dilihat sebagai salah satu kebutuhan. Terlebih saat ini KDT dipersiapkan sebagai bagian dari taman dunia.

“Kalau ruang edukasi sudah tersedia di beberapa objek. Karena beberapa kawasan sudah memberikan perlindungan yang baik terhadap anak. Contohnya saat masuk ke beberapa pusat informasi untuk melihat berbagai kekayaan KDT. Nah kita berharap kedepan ada areal khusus naka di KDT yang memang hanya diperuntukkan untuk dunia anak,” ujarnya.

Reporter : Baringin Lumban Gaol