Home Ekonomi Keramba Jaring Apung Terus Berkurang karena Sungai Batanghari Tercemar

Keramba Jaring Apung Terus Berkurang karena Sungai Batanghari Tercemar

Batanghari, Gatra.com - Usaha budi daya ikan air tawar menggunakan jaring atau dikenal dengan Keramba Jaring Apung (KJA) di Kabupaten Batanghari menurun drastis. Hal ini diketahui dari jumlah KJA petani terus berkurang.

Kepala Bidang Produksi Perikanan Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Batanghari Syofyan mengatakan, budidaya KJA sangat jarang ditemui sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.

"Bahkan tidak sedikit jumlah petani atau pelaku usaha yang perlahan mulai menghentikan aktivitas tersebut," ujarnya dikonfirmasi awak media, Jumat (14/6).

Syofyan bilang jumlah KJA pernah mencapai angka 4.000 unit tersebar dalam tujuh kecamatan. Namun saat ini KJA di sepanjang DAS Batanghari hanya tersisa sekira 1.100 unit.

"KJA ikan air tawar jenis patin dan nila hanya tersisa di Desa Aro, Kecamatan Muara Bulian. Sementara budi daya ikan kolam, jenis ikan patin, hanya berada di Kecamatan Pemayung dan Muara Bulian, jumlanya 1.200 kolam," katanya.

Penurunan jumlah petani KJA ikan air tawar akibat buruknya kualitas air Sungai Batanghari. Dugaan air sungai terpanjang di Sumatra ini tercemar dengan zat-zat bahan kimia, hingga berdampak terhadap hasil produksi ikan.

"Produksi ikan kurang maksimal, tidak sedikit ikan di keramba apung mati dan membuat para petani terus mengalami kerugian. Akhirnya petani memilih meninggalkan profesi ini," ujarnya.

Meski jumlah KJA terus berkurang, kata Syofyan, Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Batanghari mengklaim hal tersebut tidak begitu berdampak dalam memenuhi pasokan ikan.

"Karena selain dari ikan keramba, kebutuhan produksi ikan di pasaran juga dapat tercukupi dari hasil budi daya ikan kolam," katanya.

972