Home Internasional Warga Australia Ditahan di Korea Utara Tanpa Alasan Jelas

Warga Australia Ditahan di Korea Utara Tanpa Alasan Jelas

Canberra, Gatra.com - Pemerintah Australia masih mencari kebenaran terkait kabar warganya yang ditahan di Korea Utara. Jaksa Agung Australia menganggap masalah ini sebagai hal yang serius.

Sebelumnya, media telah mengidentifikasi pria yang ditahan itu sebagai Alek Sigley, seorang mahasiswa berusia 29 tahun di Pyongyang.

Jaksa Agung Christian Porter mengatakan, penahanan Sigley sebagai masalah yang tidak biasa. Untuk itu perlu ditangani dengan serius.

"Yurisdiksi khusus ini, menurut akal sehat kebanyakan orang Australia kepada mereka, menjadikan ini masalah yang serius," kata Porter, seperti dilansir AP, Kamis (26/6).

Sementara itu, Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia mengatakan, pihaknya memberikan bantuan konsuler kepada keluarga sigley.

"Departemen mendesak mencari klarifikasi, karena kewajiban privasi kami tidak akan memberikan komentar lebih lanjut," kata pernyataan departemen.

Media resmi di Korea Utara belum menyebutkan laporan penangkapan. Namun, stasiun televisi Korea Selatan Channel A, mengutip sumber yang tidak dikenal dalam melaporkan penangkapan tersebut, tapi sumber itu tidak menjelaskan alasan penangkapan Sigley.

Di sisi lain, Australia tidak memiliki kedutaan besar di Korea Utara, tetapi bantuan konsuler dapat diberikan kepada warga Australia oleh Kedutaan Swedia secara terbatas.

Sigley menulis di media sosial bahwa ia sedang mempelajari sastra Korea di Universitas Kim Il Sung. Dia mengatakan kepada Australian Broadcasting Corp dua tahun lalu bahwa dia ingin menjabarkan stereotip negatif tentang negara tersebut.

"Jika kami pikir itu tidak aman, kami akan berhenti melakukan tur ini. Kami tidak akan dapat memikul tanggung jawab moral dan hukum membawa orang ke Korea Utara jika itu berbahaya," tulis Sigley.

Pada Maret tahun ini, Sigley juga menulis untuk Guardian Australia tentang tinggal di Korea Utara. Ia mengatakan, sebagai warga asing jangka panjang dengan visa pelajar, ia memiliki akses yang hampir tidak pernah terjadi sebelumnya di Pyongyang.

"Saya bebas berkeliaran di sekitar kota, tanpa ada yang menemani saya. Interaksi dengan penduduk setempat kadang-kadang terbatas, tetapi saya dapat berbelanja dan makan hampir di mana pun saya inginkan," ungkap Sigley.

137