Home Gaya Hidup Tiga Gajah Liar Diduga Rusak Kebun, Jawaban BKSDA Ngawur

Tiga Gajah Liar Diduga Rusak Kebun, Jawaban BKSDA Ngawur

Batanghari, Gatra.com - Tiga ekor gajah liar diduga telah merusak tanaman kelapa sawit milik Ketua DPRD Kabupaten Batanghari. Gajah liar ini masuk areal perkebunan sejak Kamis (27/6) malam hingga Jumat (28/6) pagi.

"Ada tiga ekor gajah masuk kebun saya tadi malam. Anak buah kebun saya lihat, jejaknya ada," kata Ketua DPRD Kabupaten Batanghari, M. Mahdan kepada Gatra.com melalui sambungan telepon seluler, Jumat (28/6).

Tanaman kelapa sawit milik politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini berada di RT 7, Desa Kembang Seri Baru, Kecamatan Maro Sebo Ulu, Kabupaten Batanghari, Jambi. Mahdan bilang jarak dari kebun menuju Jalan Lintas Jambi-Bungo sekira 1 kilometer.

Jumlah kelapa sawit milik Mahdan yang tumbang akibat gajah liar mencapai 10 batang. Dia khawatir gajah liar bakal menuju pemukiman masyarakat. Sebab jalur perjalanan gajah liar dari kebun kelapa sawit miliknya langsung menembus pemukiman.

"Secepatnya BKSDA dapat menggiring (gajah liar) agar tidak berkeliaran di kebun-kebun penduduk. Sayo yakin jika terlambat bisa ke pemukiman," ujarnya.

Kepala BKSDA Provinsi Jambi, Rahmad Saleh dikonfirmasi Gatra.com melalui sambungan telepon seluler, terkait tiga gajah liar masuk perkebunan kelapa sawit milik Ketua DPRD Batanghari, mengaku kejadian serupa telah berlangsung sejak 1 Juni lalu.

"Jangan kan DPR, Bupati pun sudah surati. Kayaknya harus satu jam saya jelaskan, gimanalah. Kalau kujelaskan begini, kau kutipnya pun tidak kena gitu loh. Makanya harus satu jam kau kujelaskan," katanya dengan nada tinggi.

Rahmad Saleh sama sekali tidak menjawab pertanyaan Gatra.com. Dengan pongahnya dia menganggap bahwa penjelasan soal gajah ini cukup lama penjelasannya.  

"Kapan kau ketemu aku. Kalau kujelaskan dengan kau, kau kutipkan cuma satu bait. Bukannya jadi bagus, malah jadi buyar. Karena cara berpikirmu dan cara berpikirku nggak ketemu. Dari 1 Juni itu. Harus kujelaskan utuh, biar kau ngerti. Karena kau nggak punya basic, kujelaskan A, definisimu beda. Itu makanya aku mau kasih komentar sama kau, jadi khawatir sendiri aku. Tapi kalau ngerti, ketemu langsung, kukonfrontir langsung. Yang kumaksudkan gini, paham nggak kau. Ini butuh proses, ada tiga tahapan untuk itu, makanya kujelaskan sama kau itu butuh satu jam utuh," ujarnya.

Dia bilang data gajah liar merusak perkebunan masyarakat bukan terjadi saat ini saja. Dari tahun 2000-an, data itu masih habitat.

"Kalau kujelaskan kayak gitukan panjang ceritanya. Tahun kemarin pun posisi dia (gajah) pun di sekitar itu juga. Itu bukan kejadian hari ini aja. Sedangkan kau kutip cuma hari ini aja, kan susah. Bukan Batanghari saja, ditambah lagi dia punya sifat karakter, dia jantan semuanya. Dia punya sifat dispersal. Dispersal pun nggak ngerti kau kan?" ujarnya.

Oleh karena itu, Rahmad Saleh kembali ingin menjelaskan secara langsung tanpa melalui telepon genggam. 

"Makanya kau harus ketemu aku, biar jelas. Kalau kau via telepon begini saja, nggak sur aku. Kujelaskan dispersal itu, nggak paham juga kau kan? Udah sifat alami dia kan? Kenapa dia (gajah) dispersal, diusir sama bapaknya, harus cari kelompok baru, nyari betina baru. Nggak mungkin dia di kelompoknya, diusir bapaknya, nanti menghamili mamaknya," katanya.

Rahmad Saleh mengaku telah memerintahkan anak buahnya berjumlah 9 orang. Dia menuturkan Gatra.com cenderung membenturkan dirinya dengan masyarakat.

"Itulah yang kusimpulkan. Aku kan menggali siapa narasumbermu (Ketua DPRD Batanghari), kepentingan dia beda dengan aku. Kau konfrontir," katanya.

Untuk penyelesaian ini, kata Rahmad, butuh waktu, butuh kesepakatan semua orang. Dia bilang tidak bisa bekerja sendiri. "Jangan kan DPR, Bupati pun udah berkomunikasi dengan aku," katanya.

869