Home Ekonomi Sawah di Jabar Kering, Irigasi Rusak Salah Satu Penyebabnya

Sawah di Jabar Kering, Irigasi Rusak Salah Satu Penyebabnya

Bandung, Gatra.com- Sebanyak 12.048 hektare lahan pertanian di Jawa Barat mengalami kekeringan dengan klasifikasi ringan, sedang, berat hingga puso. Kekeringan tersebut menyusul kemarau dan rusaknya saluran irigasi.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Jawa Barat Hendi Jatnika mengatakan, berdasarkan data per 28 Juni 2019, dari 573.842 hektare lahan pertanian di Jabar terdapat 52.983 hektare yang terancam kekeringan. Sementara 82 hektare lahan sudah mengalami puso.

"Secara umum, daerah yang mengalami kekeringan adalah areal sawah dengan kondisi irigasi yang rusak," ujar Hendi, Selasa (2/7).

Dia katakan, kondisi irigasi rusak itu mengakibatkan sejumlah lahan pertanian yang letaknya jauh, seperti di desa tidak dapat teraliri oleh air. Tambah Hendi, sebanyak 82 lahan gagal panen ditemukan di Sukabumi, Cianjur dan Cirebon.

Adapun dari 1.108 hektare lahan pertanian di Sukabumi mengalami puso 38 hektare. Sementara di Cianjur, dari 757 hektare lahan pertanian sebanyak 17 hektare mengalami puso.

"Di Cirebon dari luas 871 hektare lahan terdapat 22 hektare mengalami puso," imbuh dia.

Menurut dia, sejumlah lahan yang mengalami kekeringan pun tidak hanya karena faktor irigasi rusak. Namun, ada non teknis lainnya seperti sawah tadah hujan di mana sumber air hanya ada pada saat musim hujan saja.

"Sawah yang terdampak kemarau karena air-nya tidak ada, karena irigasi-nya juga sudah tidak ada airnya, disebabkan debit air dari sumbernya seperti waduk, bendungan, mata air alam, atau lainnya turun drastis," jelas dia.

Tidak hanya itu, akibat kompetisi perebutan air irigasi pun mempengaruhi lahan pertanian menjadi kekeringan. Di mana selain pertanian, sektor perikanan, peternakan hingga industri pun memanfaatkan aliran air dari irigasi tersebut.

Hal lainnya, dia sampaikan, para petani juga masih memaksakan menanam di area persawahan yang ketersediaan airnya tidak bisa dipastikan.

"Selain itu ketidakdisiplinan petani dalam menetapkan kalender tanam (Katam)," katanya.

Sebagai langkah antisipasi, pihaknya telah melakukan beberapa upaya. Salah satunya dengan melakukan standing crops atau menyelamatkan sejumlah tanaman yang telah ada.

"Yang masih memungkinkan dengan pompanisasi kita lakukan pemanfaatannya untuk mempertahankan tanaman yang ada," katanya.

Selain itu, optimalisasi peranan brigade Alsin atau Unit Pelayanan Jasa Alat (UPJA) Mesin Pertanian pun telah dilakukan. Hal tersebut guna memobilisasi bantuan pompa air di wilayah yang terdampak kekeringan.

"Adapun untuk lahan yang masih memiliki ketersediaan sumber air, bila memungkinkan ditanami palawija," pungkasnya.


Reporter: Risyad Nuradi

Editor: Birny Birdieni