Home Ekonomi Harga Garam Jabar Masih Dirudung Permainan Tengkulak

Harga Garam Jabar Masih Dirudung Permainan Tengkulak

Bandung, Gatra.com- Permainan tengkulak masih menjadi pekerjaan rumah Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlut) Provinsi Jawa Barat. Harga garam anjlok pun diduga karena ulah mereka.

Kepala Diskanlut Jabar, Jafar Ismail mengaku telah menelusuri anjloknya harga jual garam di tingkat petani. Pihaknya sedang mencari solusi untuk mengatasi hal tersebut.

"Ini masalahnya ada dari petani yang menjual ke tengkulak," ujar Jafar, belum lama ini

Baca juga: Harga Jatuh, Susi: Garam Impor Bocor Terlalu Banyak

Ia sampaikan, perusahaan produsen garam sebenarnya membeli di petani masih tetap mengacu pada harga standar, yaitu sekitar Rp1.500 per kilogram. Hanya saja, petani menjual pada tengkulak di harga Rp 300 hingga Rp700 per kilogram sesuai dengan kualitas.

"Harga eceran terendah garam itu masih diangka Rp1.000 artinya perusahaan produsen masih membeli harga garam cukup tinggi," katanya.

Selain itu, pihaknya juga mendapatkan informasi bahwa banyak petani garam yang meminjam uang pada tengkulak, khususnya saat masa tidak produktif. Akibatnya, kata dia, di kala musim panen petani terpaksa menjual garam ke tengkulak dengan harga yang rendah untuk meringankan beban hutang meraka.

"Memang perusahaan ini juga sulit untuk masuk langsung membeli garam langsung ke petani, selalu dicegah oleh tengkulak," ujarnya.

Baca juga: Bakal Dikunjungi Jokowi, Gubernur NTT Cek Tambak Garam Ini

Karena itu, Jafar katakan, akan mencari solosi agar para petani garam tidak ketergantungan pada tengkulak. Salah satu caranya dengan membentuk koperasi agar harga garam mereka tidak di jual dengan murah kepada tengkulak.

"Dengan pola pembentukan koprasi yang sehat, sehingga ketika petani butuh uang bisa pinjam melalui koperasi ini. Itu salah satu solusi yang akan ditawarkan oleh kami pada petani garam," katanya.

Menurut dia, rusaknya harga ini pun diakibatkan masuknya garam untuk kebutuhan industri ke pasaran. Padahal secara kualitas garam untuk industri tersebut cukup rendah walaupun harganya murah.

"Mungkin karena murah maka dilahap oleh pasaran, padahal itu tidak boleh karena kulitasnya jelek," ungkapnya.

Baca juga: Tambak Sudah Beroperasi, NTT Segera Jadi Lumbung Garam Indonesia

Untuk mengatur pola pemasaran garam ini, pihaknya akan menggandeng sejumlah pihak terkait. Salah satunya dengan melakukan koordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat.

"Memang untuk jalur penjualan itu ranah dinas perdagangan. Kami hanya berwenang pengawasan di tingakat petani," tuturnya.

Disinggung jumlah stok garam saat ini, dia sampaikan cukup melimpah. Di mana hingga 4 Juli 2019 ini tercatat 37.243 ton yang berasal dari produksi 2018 lalu. Jumlah tersebut saat jni masih tersimpan di masing-masing gudang penyimpanan dan belum terjual.

"Kemudian produksi saat ini hingga bulan Juli ada sekitar 2000 ton. Stok garam ini akan bertambah karena memasuki puncak panen di bulan Agustus dan September," pungkasnya.

355