Home Gaya Hidup Jejak Geopark Merangin dan Dahsyatnya Jeram Batang Merangin

Jejak Geopark Merangin dan Dahsyatnya Jeram Batang Merangin

Merangin, Gatra.com – Seorang teman wartawan bernama Riance Juskal dan istrinya, Ramayani menempuh perjalanan 150 kilometer dari Tebo menuju Kabupaten Merangin pada Minggu (7/7) lalu. Mereka berdua hendak ke Dusun Baru, Desa Air Batu, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin diundang sahabatnya, Hendi Fresco, sang Owner Fresco Tripp dan Rafting Geopark Merangin untuk menikmati indahnya Geopark Merangin sekaligus menikmati dahsyatnya jeram di sana.

Sayangnya jalan masuk menuju lokasi dari Simpang Desa Merkeh kondisinya rusak parah. Hampir satu kilometer melewati jalan rusak. Jaringan telepon seluler di Desa Air Batu sama sekali tak ada. Alhasil, Riance harus rajin bertanya setiap berpapasan dengan masyarakat setempat.

Fasilitas umum tidak terawat dan dibiarkan hancur terbengkalai. Padahal Geopark Merangin tengah diperjuangkan masuk dalam daftar warisan dunia.

Setibanya di tempat tujuan, Riance dan istrinya disuguhkan Nasi Ibat, yaitu nasi yang dibungkus dengan daun pisang, sambal teri, dan "Gulai Terjun" yang merupakan masakan khas setempat yang terdiri dari ayam kampung yang digulai dengan santan dipadukan rempah-rempah serta diberikan nangka muda sebagai campurannya. Ada pula sajian gulai jantung pisang.

Setelah memanjakan lidah dan perut dengan berbagai menu khas setempat, mereka bergegas untuk mengarungi arung jeram. Ia memilih helm, dan pelampung, serta pembungkus telepon seluler kedap air, agar bisa tetap mengabadikan momen selama di perjalanan.

Rafting Geopark Merangin menyediakan dua rute perjalanan yang berbeda. Pertama, rute pendek, hanya 4 kilometer pengarungan dikenakan biaya sewa perahu karet plus kru sebesar Rp400 ribu. Kedua, rute panjang. Sepanjang 14 kilometer mengarungi Sungai Batang Merangin dengan biaya yang dikenakan untuk sewa perahu plus operator sebesar Rp800 ribu.

“Hari itu kami menggunakan dua perahu karet yang berisikan dua keluarga, yaitu Dicky beserta istri bersama dua putra dan satu putrinya, kemudian saya dan bersama istri, kebetulan kami memilih rute panjang, untuk lebih puas menikmati jeram dan keindahan alam Geopark Merangin,” kata Riance yang akrab disapa Rian kepada Gatra.com, Jumat (12/7).

Setelah menggunakan perlengkapan safety, mereka mendengarkan arahan dari Samsul, Operator Dua Sahabat. Pria yang mempunyai julukan "Antu Aek" ini dan merupakan kru berpengalaman profesional tentang bagaimana jika nanti perahu yang ditumpangi terbalik atau terpental dari perahu dan apa yang mesti dilakukan.

"Tidak perlu panik dan takut tenggelam, karena pelampung yang Bapak Ibu gunakan mempunyai daya apung sampai 100 kg. Jadi jika nanti perahu terbalik atau ada yang terjatuh akibat dihantam jeram, jangan panik, tetap tenang dan segera berusaha merapat ke perahu. Karena ini adalah perjalanan keluarga, kita akan mengambil rute nyaman nantinya," kata Samsul menjelaskan.

Perahu berisikan empat orang. Rian dan istrinya, Ramayani serta istri Dicky. Pengemudinya adalah Samsul.

Rian agak sedikit kecewa. Air Sungai Batang Merangin debitnya naik dan warnanya butek cokelat susu. Di satu sisi kondisi debit air sungai yang naik sangat menguntungkan, karena jika terpental dari perahu akan memperkecil terjadinya benturan ke bebatuan di lokasi jeram. Namun kurang mengasyikkan bagi yang menyukai tantangan di lokasi arung jeram terbaik nomor dua di Indonesia tersebut setelah Sungai Asahan, Sumatra Utara.

"Semalam turun hujan di daerah huluan bang, jadi airnya keruh dan naik," ujar Samsul yang mengerti kekecewaan para penumpang.

Kedua perahu mulai bergerak, dan jeram pertama yang menyambut kami diberi nama "Jeram Amin", sedikit horor penjelasannya, karena menurut keterangan Samsul sang pemandu perahu kami, jeram tersebut diambil dari nama wartawan TVRI Jambi yang meninggal saat terjatuh dari perahu saat meliput acara di sana. Perahu mereka tidak melewati titik tempat jatuhnya Amin.

"Kita ambil rute nyaman saja, dan kita tidak melewati tempat Amin terjatuh," ujar pria berperawakan pendek gempal dan berkulit hitam ini lagi sembari mengarahkan perahu ke sisi kanan Sungai Batang Merangin.

Jeram Amin berhasil dilewati dengan mulus. Hantaman dan ayunan arus sungai di jeram tersebut saat menghantam perahu mulai memicu adrenalin di dalam tubuh. Selanjutnya hanya berjarak 100 meter, rombongan kembali disambut oleh jeram Ganteng. Adrenalin semakin terpacu, ditambah lagi Ramayani yang duduk di bagian depan bersama salah seorang kru terpental dari perahu.

"Jangan panik Bu, tetap tenang, cepat merapat ke perahu," teriak Samsul kepada Ramayani yang terjatuh dari perahu.

Mendengar instruksi tersebut Ramayani yang terpental tidak jauh dari perahu dengan tenang langsung berpegangan ke perahu, kemudian Samsul bersama kru lainnya langsung menarik Ramayani ke atas perahu.

Setelah berhasil naik perahu, Ramayani pun tertawa semringah. "Asyik dan seru, kalo dak jatuh rasanya kurang seru," ujarnya sembari tertawa.

Jeram selanjutnya adalah jeram susu yang kembali memacu adrenalin, jeram susu berhasil dilewati dengan sukses. Kemudian mereka memasuki kawasan fosil Geopark Merangin. Para kru mengajak singgah ke beberapa spot lokasi fosil yang menjadi ikon Geopark Merangin untuk bisa berswafoto.

"Kita akan melihat fosil kerang laut dan fosil lainnya, dengan bukti fosil yang ada kita sekarang ini dulunya berada pada nol Meter Dari Permukaan Laut (MDPL), artinya kita berada di dasar samudera yang hilang karena letusan gunung berapi kuno dulu. Itulah kelebihan dari Geopark Merangin, mempunyai bukti sejarah yang autentik," ucap Samsul kepada rombongan sambil menepikan perahu menuju spot fosil yang diterangkannya.

“Setelah puas berswafoto sembari menyaksikan bukti-bukti peninggalan purba prasejarah yang ada di Geopark Merangin, barulah saya percaya bahwa Geopark Merangin memang berada pada nol MDPL seperti yang diterangkan Samsul,” ujar Rian.

Perahu kembali bergerak mengarungi Sungai Batang Merangin, sebelum sampai ke titik persinggahan di Air Terjun Muara Kari, perahu Rian kembali disambut oleh "Jeram Tipu" yang lumayan dahsyatnya, dan lagi-lagi membuat istrinya bersama dua orang kru terpental dari perahu. Ketiganya pun berhasil kembali naik ke perahu.

Mereka kembali singgah di titik peristirahatan di Air Terjun Muara Kari untuk menikmati keindahan air terjun tersebut sembari berswafoto. Menariknya setiap pengunjung bisa menikmati kopi dan makanan yang disediakan oleh Tim di warung persinggahan dengan membayarnya sesudah sampai di titik terakhir jika tidak membawa uang.

Setelah puas beristirahat sambil berswafoto menikmati keindahan air terjun tersebut, Rian kembali melanjutkan perjalanan beriringan mengarungi sungai Batang Merangin dengan seribu misterinya. Mereka kembali diajak menyinggahi beberapa spot yang tak kalah mengasyikkan untuk berenang dan bermain air.

"Sekarang kita berada di spot berenang. Bagi Bapak dan Ibu yang ingin berenang dipersilakan," teriak Samsul kepada semua rombongan sambil melompat ke dalam sungai. Tak mau kalah dengannya setelah melihat lokasi yang memang aman untuk berenang, para rombongan langsung lompat ke sungai untuk berenang mengikuti Samsul.

Setelah puas berenang mereka pun akhirnya naik kembali ke atas perahu. Sebelum sampai di titik finish yang terletak di Teluk Wong Sakti, rombongan kembali disambut dua jeram lagi, yaitu "Jeram Hore" dan "Jeram Goodbye".

Kedua jeram berhasil dilewati dengan mulus dan pertualangan mengarungi Geopark Merangin pun tuntas sudah. “Kami pun sampai di titik finish. Sebelum pulang kami pun menyempatkan untuk berswafoto di Air Terjun Jodoh yang ada di situ,” ujar Rian.

Namun sayangnya kondisinya terlihat kotor kumuh bekas orang berkemping, tidak hanya itu saja banyak terlihat puing-puing bangunan tidak terawat yang katanya dibangun Pemkab Merangin di sekitar air terjun tersebut, menambah suram suasana.

"Sayang ya, lokasinya bagus dan indah tapi kurang perhatian dari pemerintahnya," ujar Dicky kepada Rian saat berjalan menelusuri tangga menuju jembatan untuk keluar dari lokasi tersebut menuju kendaraan masing-masing yang telah dibawa tim menuju titik finish yang terletak di Desa Biuku Tanjung Kecamatan Renah Pembarap.

Sebelum pulang, Rian sempat berkata semoga Pemerintah Kabupaten Merangin benar-benar bisa lebih serius untuk memperhatikan Geopark Merangin. “Geopark itu luar biasa. Sayang kalau ditelantarkan,” katanya.

1017