Semarang, Gatra.com - Transportasi darat  rel kereta api Semarang - Lasem akan diaktifkan kembali dengan mereaktivasi trase lama. Namun hanya sekitar 20 persen trase lama yang akan kembali dipakai.

"Karena trase lama sudah berubah fungsi menjadi toko, pasar, terminal, dan lainnya oleh warga dan pemerintah daerah setempat," kata Satriyo Hidayat, Kepala Dinas Perhubungan Jawa Tengah, Kamis, (18/7).

Beberapa trase lama yang berubah fungsi, di antaranya trase di Kabupaten Demak  yang rel keretanya sudah menjadi Terminal Bintoro Demak, di Kabupaten Pati rel berubah menjadi alun-alun, dan di Kabupaten Kudus, stasiunnya  berubah menjadi pasar.

"Yang terbaik adalah buat trase baru. Kita menghindari konflik sosial karena bisa memakan biaya besar. Jadi akan ada 70-80 persen trase baru," katanya.

Pembangunan trase baru juga diusahakan tidak melewati pusat kota yang akan dilewati jalur. Pilihannya pada sisi kanan atau kiri jalan raya yang masih pinggiran.

 Satriyo mengatakan, rencana reaktivasi paling cepat pada  2023. Saat ini tengah  disusun system engineering design (SED) dengan mempertimbangkan rencana tata ruang wilayah (RTRW), sehingga akan ditemukan trase baru mana saja yang akan dibangun.

"Kemudian baru disusun detail engineering design (DED) tahun depan untuk menentukan bentuk rel dibangun seperti apa, izin lingkungan, urus amdal, terus menentukan penetapan lokasi pembebasan tanah yang lokasi trase baru," ujarnya.

Menggenai anggaran,  kata Satriyo, akan menggunakan APBN  2020 melalui Kementerian Perhubungan Dirjen Perkeretaapian. Besaran anggaran belum diketahui karena menunggu DED.

Trase Semarang - Lasem diharapkan akan menjadi alternatif transportasi masyarakat dan dunia industri  Semarang - Lasem sampai Bojonegoro. "Trase Lasem akan menyambung ke Bojonegoro yang masih menggunakan trase lama. Pemanfaatannya mix dengan kereta penumpang dan barang, sehingga bisa dimanfaatkan oleh dunia industri yang ada tiga wilayah itu," ucapnya.