Home Gaya Hidup Suara Seniman Perempuan Via Perabot dan Patung Kaca

Suara Seniman Perempuan Via Perabot dan Patung Kaca

Yogyakarta, Gatra.com - Dua pematung perempuan menampilkan karya-karya yang berbicara tentang kompleksitas mereka dalam berkesenian. Mereka menghadirkan karya dengan eksekusi berbeda dari medium hingga pilihan warna.

Dua seniman itu, Camelia Janualita dan DH Mahardika, menggelar pameran bersama bertajuk "Undress(ed)" di Bentara Budaya Yogyakarta sejak 13 Juli 2019. Camel, panggilan Camelia, menghadirkan sejumlah karya dengan memanfaatkan perabotan bekas, seperti sofa, mesin cuci, telepon, mesin jahit, kaca, radio, dan sepatu.

Ia mengombinasikan beberapa benda dan melaburnya dengan cat hingga seluruh bagian patung menjadi serba putih. Karya 'Human Beaviour' yang berdimensi 110 x 110 x 60 centiemeter contohnya.

Baca Juga: Artjog 2019, dari Art Fair ke Festival Seni

Camel menutup kursi kayu dengan cat putih marka jalan, lalu mencopot dudukan dan sandarannya dengan cermin. Empat sepatu dikenakan di kaki-kaki kursi; sepasang sepatu orang dewasa di dua kaki depan, sedangkan sepasang sepatu anak-anak di kaki belakang.

Pada karya 'Biar Aku Saja', Camel melumuri telepon rumah dengan cat putih dan mengurungnya dengan kaca empat sisi. Satu lubang kecil disisakan untuk lewat kabel dan gagang telepon yang dibiarkan menggantung.

"Semua karya ini tentang perempuan. Kadang sebagai perempuan, kami susah berkarya. Tanpa dukungan keluarga, kami enggak bisa berkarya. Jadi karya ini juga semacam motivasi bagi perempuan seniman yang telah berkeluarga untuk tetap berkarya," tutur Camel kepada Gatra.com, Kamis (18/7).

Baca Juga: Timbul Raharjo dan Patung-patung yang Membuatnya Gembira

Untuk menyampaikan pesan itu, Camel menggunakan perabot rumah yang identik dengan perempuan yang berumah tangga. "Benda-benda ini juga ada cerita personal buat saya," ujar seniman 38 tahun kelahiran Timor Timur yang sejak 1999 mukim di Yogyakarta ini.

Dengan tawaran pesan tak jauh berbeda, karya-karya Mahardika terlihat kontras dengan menggunakan pecahan kaca yang seluruhnya berwarna hijau. Pecahan-pecahan kaca ini disusun menjadi bagian-bagian tubuh perempuan.

Salah satunya pada karya 'Down, We Go', bermatra 26 x 17 x 43 centimeter. Mahardika merangkaii kaca-kaca itu menjadi sepasang tungkai kaki sampai lutut yang tengah berjinjit. Pilihan medium kaca menguatkan kesan rapuh, tapi wujud karya ini menegaskan kekuatan.

Baca Juga: Riri Riza dan 4 Seniman Garap Karya Spesial di Artjog 2019

Kurator Hendra Himawan menyatakan pameran ini berbicara tentang bagaimana dua seniman perempuan 'menelanjangi' dan meluruhkan segenap isu dan polemik tentang identitas dan posisi seniman perempuan.

"Pameran 'Undress(ed)' adalah soal dua seniman perempuan ini membaca dan mengolah pengalaman personal mereka dalam bahasa seni, bahasa yang mereka percayai cukup demokratis di tengah masyarakat yang mudah membangun stigma minor bagi perempuan yang hidup dalam dunia seni," tulis Hendra dalam catatan kurasi untuk pameran yang digelar hingga 21 Juli 2019 ini.

853