Home Ekonomi Lawan Impor Jeruk Lewat Bibit Berkualitas

Lawan Impor Jeruk Lewat Bibit Berkualitas

Batu, Gatra.com – Data dari Kementerian Pertanian (Kementan) menunjukkan bahwa kebutuhan konsumsi jeruk di Tanah Air per tahun rata-rata 2,2 juta ton. Kemampuan produksi jeruk dalam negeri sesungguhnya juga tak jauh dari angka itu. Sayangnya, kebutuhan kerap tak terpenuhi karena jeruk lokal hanya panen pada musim-musim tertentu, hanya satu sampai dua kali setahun. Di luar masa panen raya, tingkat impor lantas meningkat.

“Kebutuhan jeruk itu sangat banyak. Makanya jeruk impor banyak masuk,” sebut Kepala Balitbang Kementan, Fadjry Djufry di sela-sela acara Bincang Asyik Pertanian Indonesia (BakPIA) di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), Batu, Jawa Timur (Jatim), Jumat (19/7).

Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pertanian sendiri telah berdiri sejak 1964. Sejauh ini, mereka sudah menghasilkan lebih dari 600 inovasi teknologi. Sekitar 300 diantaranya telah dilisensi.

Baca Juga: Stabilitas Harga Jeruk Lewat Metode Bujangseta

“Tapi kita ingin terus mengembangkan dukungan inovasi teknologi untuk memenuhi kebutuhan petani dan pasar. Percuma ada penelitian banyak, tapi tak ada nilai komersialnya,” sebut Fadjry lagi.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah menciptakan bibit jeruk yang bagus untuk disebar ke petani agar menghasilkan produksi berkualitas. Ambil contoh di Kebun Percobaan (KP) Punten di Batu. KP yang berada di bawah Balitjestro ini tercatat memiliki hingga 250 varietas. Bibit berasal dari ragam jeruk seluruh Indonesia, termasuk yang sudah tak ada di daerah asalnya. Misalnya jeruk siem madu Sumut yang telah musnah karena penyakit. Atau yang masih ada walau tak banyak, jeruk siem Bali.

“Yang penting itu bibit. Tak akan ada gunanya pengaturan air, pupuk, lahan, kalau bibitnya jelek. Hasilnya pasti akan jelek,” sebut Kepala Seksi Pelayanan Teknis Balitjestro, Anang Triwiratno.

Baca Juga: Genjot Produksi Perkebunan Rakyat, Kementan Luncurkan BUN500

Rata-rata dalam satu tahun, KP Punten ini menghasilkan 1,5 juta bibit. Tahun lalu mereka malah dipercaya mengirimkan satu juta bibit bebas hama penyakit ke seluruh Indonesia, secara gratis. Varietas paling disukai petani adalah Keprok Batu 55 untuk dataran tinggi. Sementara untuk dataran rendah, yang kerap diminta yakni jenis Keprok Tejakula, Keprok Terigas, dan Keprok Madura.

Lebih jauh lagi, setelah bibit berkualitas ditanam, tentu butuh upaya lebih untuk meningkatkan kualitasnya agar bisa bersaing dengan produk impor. Alhasil, Balitbang mencoba menerapkan Bujangseta alias “buah berjenjang sepanjang tahun”. Metode dimana dilakukan perubahan manajemen dalam perlakukan terhadap tanaman jeruk. Tujuannya agar meningkatkan kualitas, serta bisa lebih sering panen dengan biaya perawatan lebih rendah.

 

855