Home Gaya Hidup Pemanasan Abad ke-20 Tidak Tertandingi dalam 2.000 Tahun

Pemanasan Abad ke-20 Tidak Tertandingi dalam 2.000 Tahun

Paris, Gatra.com – Tidak ada dalam sejarah manusia modern, suhu naik begitu cepat dan konsisten seperti pada akhir abad ke-20. Temperatur dunia naik lebih cepat pada akhir abad ke-20 daripada pada waktu lainnya dalam 2.000 tahun terakhir.

Dilansir dari AFP, Rabu (24/7), menurut penelitian perubahan iklim ini merupakan peran dari manusia yang juga menyebabkan pemanasan global. Saat ini, Eropa tengah mengalami gelombang panas kedua yang memecahkan rekor dalam sebulan.

Sementara itu, saat ini rata-rata suhu secara global sekitar satu derajat Celcius (1,8 Fahrenheit) lebih panas daripada zaman pra-industri. Hal ini telah membawa pada pemikiran skeptis, bahwa aktivitas manusia bukanlah pendorong utama pemanasan global yang membuat perubahan iklim.

Para peneliti menggunakan data yang dikumpulkan dari 700 indikator suhu, dari cincin pohon, inti sedimen, terumbu karang dan termometer modern untuk memberikan garis waktu yang komprehensif dari sejarah iklim planet kita.

Mereka telah lama mengetahui periode aktivitas iklim yang tidak biasa seperti zaman es kecil, zaman berabad-abad di mana Eropa utara mengalami musim dingin yang lebih dingin daripada rata-rata pada awal abad ke-20.

"Ketika kita kembali ke masa lalu, ini benar-benar fenomena regional, tetapi itu bukan global. Sangat berbeda dengan tren pemanasan saat ini," kata Nathan Steiger dari Lamont-Doherty Earth Observatory Universitas Columbia.

Mereka menemukan, fluktuasi suhu pra-industri sebagian besar didorong oleh aktivitas vulkanik. Tetapi mereka juga menyimpulkan bahwa manusia tidak pernah menyaksikan pemanasan global yang begitu cepat seperti pada akhir abad ke-20.

Ada juga studi yang menemukan, bahwa suhu global menjelang periode industri didinginkan oleh serangkaian letusan gunung berapi yang menyebabkan kekeringan di Afrika.

Menanggapi studi tersebut, Profesor Klimatologi di University College London, Mark Maslin mengatakan, hasil studi tersebut akhirnya harus menghentikan penolakan perubahan iklim dengan mengklaim bahwa pemanasan global yang koheren yang diamati baru-baru ini adalah bagian dari siklus iklim alami.

"Makalah ini menunjukkan perbedaan yang nyata antara perubahan iklim regional dan lokal di masa lalu dan efek global yang sebenarnya dari emisi rumah kaca antropogenik (buatan manusia),” pungkasnya.