Home Gaya Hidup Fast & Furious 2019: Arena Bertarung Para Super Human

Fast & Furious 2019: Arena Bertarung Para Super Human

Jakarta, Gatra.com – Sejak pertama kali The Fast and the Furious dirilis pada 2001, aksi laga dan kejar-kejaran mobil tersebut segera memiliki kelompok fans tersendiri. Menyusul delapan film kemudian, semua sukses bertengger di jajaran box office dengan pendapatan terendah ‘hanya’ US$158,5 juta. Maka tak heran jika Studio Universal Pictures lantas mencoba peruntungan baru lewat spin-off franchise F&F, Fast & Furious Presents: Hobbs & Shaw

Cerita bermula ketika Hattie Shaw (Vanessa Kirby), adik kandung Deckard Shaw (Jason Statham), mencuri sebuah virus mematikan supaya ia bisa menghancurkannya. Namun, hal itu dihalangi oleh Brixton (Idris Elba), seorang penjahat super kuat yang bekerja untuk Eteon, sebuah institusi yang mengembangkan virus tersebut untuk menciptakan manusia super. 

Luke Hobbs (Dwayne Johnson) dan Shaw sendiri merupakan para agen profesional dan kesohor. Hobbs bekerja untuk Amerika, sedangkan Shaw merupakan mantan agen rahasia Inggris, MI6. Namun, di awal film, kedua tokoh tersebut tidak mau bekerja sama karena persoalan masa lalu mereka.  Cerita berubah ketika Hobbs dan Shaw tahu bahwa yang menyimpan virus mematikan tersebut adalah Hattie. 

Menyaksikan Dwayne Johnson dan Jason Statham berlaga dalam satu panggung, mengingatkan kita dengan film-film superhero. Apalagi tema yang diangkat memang persolan super-human, serta bagaimana teknologi bisa mengatasi itu semua. Sejumlah kritik muncul kepada karakter Brixton yang disebut-sebut meniru antagonis Dr. Otto Octavius alias Dock Ock di Spider-Man 2 (2004). Keduanya sama-sama memiliki kekuatan dari manipulai sibernetik yang terhubung dengan tulang belakang dan pusat sistem syaraf.

Sebagai bagian dari kisah besar Fast and Furious, prinsip “family comes first” yang selalu didengung-dengungkan Dominic Toretto, tak hilang di film ini. Saat kondisi sudah kritis, Hobbs memutuskan pulang ke kampung halamannya demi menyelamatkan Hattie. Setelah 25 tahun tak pernah pulang, kini Hobbs datang demi meminta bantuan saudaranya, seorang ahli mesin.

Secara mendasar, film ini tidak lepas dari paradigma hitam vs putih, baik vs buruk, jagoan vs penjahat ala Hollywood. Aksi kejar-kejaran, tembakan-tembakan brutal, hingga bogem-bogem mentah muncul di sepanjang film didukung oleh sinematografi yang mapan.

Adegan menegangkan juga diselingi oleh dialog-dialog lucu antara Hobbs dan Shaw. Hobbs dibangun dengan karakter nyentrik, kasual, meledak-ledak, dan seorang ayah yang baik. Sedangkan Shaw memiliki karakter yang kaku, formal, dan sangat sinis terhadap Hobbs. Namun keduanya tetap memiliki satu kesamaan: kuat dan brutal.

Film ini disutradarai David Leitch, yang kondang dengan garapan-garapannya seperti John Wick (2014), Deadpool 2 (2018), dan Once Upon a Deadpool (2018). Sementara, penulisan naskah dipercayakan kembali pada Chris Morgan. Sebelumnya, dia telah menggarap seri F&F lainnya, seperti Fast & Furious (2009), Fast Five (2011), Fast & Furious 6 (2013), Furious 7 (2015), dan The Fate of the Furious (2017).

Setelah Fast & Furious Presents: Hobbs & Shaw, seri Fast & Furious 9 dan 10, akan dirilis pada 2020 dan 2021 mendatang. 

 
644