Home Milenial Dalam Gelaran IPCW 2019, Anak Muda Ini Bahas Isu Lingkungan

Dalam Gelaran IPCW 2019, Anak Muda Ini Bahas Isu Lingkungan

Jakarta, Gatra.com - The Indigenous Peoples Cinema Week (IPCW) 2019 kembali diselenggarakan tahun ini. Berlokasi di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, acara ini merupakan bagian dari perhelatan peringatan 20 tahun Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dan Hari Internasional Masyarakat Adat Dunia.

Dalam IPCW 2019, terdapat berbagai film yang diputar tentang masyarakat adat di Indonesia. Film tersebut dibuat oleh para anak muda hingga profesional.

Salah satu karya yang dipertontonkan adalah film besutan dari sutradara muda, Muhammad Fadilah Ikhwan (19) yang berjudul 'Masa Depan Kaloy'. Film tersebut menceritakan tentang keasrian Desa Kaloy, Kecamatan Tamiang Hulu, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh yang kemurniannya hendak digali oleh pihak tidak bertanggung jawab.

"Di desa itu banyak potensi luar biasa seperti wisata [dan] hutan yang asri. Jadi sebagian wilayahnya itu masuk ke dalam sistem ekosistem leuser [kawasan konservasi] yang jelas-jelas dilindungi," ungkapnya di lokasi, Sabtu (10/8).

Namun, pada 2016, Bupati Aceh pada memberikan izin Analisis Dampak Lingkungan [Amdal] kepada sebuah pabrik semen. Dikhawatirkan mencemari lingkungan sebagai salah satu kawasan leuser di Indonesia tersebut.

"Kita tahu dampaknya pasti sangat berpengaruh pada desa itu. Desa itu bisa mengalami kekeringan, udara juga. Di desa ini terdapat kawasan tanah langka berbentuk goa, goa itu sekitar 1 kilometer lebih. Goa tersebut menjadi sumber mata air bagi desa itu. Jadi ketika sumber mata air mereka dijadikan pabrik, itu kegelisahan diri sendiri [untuk membuat film dokumenter]. Itu kan sayang, kan bukan untuk kita saja. Masih ada anak dan cucu kita yang ingin merasakan kesegaran alam," tambah dia.

Ia menyarankan kepada para pemuda yang hendak masuk ke dalam industri. Ketika membuat film dokumenter, pembuat film harus memahami persoalan apa yang akan menjadi pembahasan di dalam karya tersebut.

"Kita harus menguasai isu film kita. Kita mengerti dan beda adaptasi kepada masyarakat yang ingin kita angkat ceritanya," tutup dia.

455