Home Gaya Hidup Mengenal Pemikiran Soekarno di Museum AK. Gani

Mengenal Pemikiran Soekarno di Museum AK. Gani

 

Palembang, Gatra.com – Keinginan mengenal pemikiran bapak bangsa, Soekarno diejawantahkan dalam sebuah kegiatan membaca dan diskusi. Kegiatan yang berlangsung di musem AK. Gani di Palembang ini menyaratkan bagaimana Soekarno dengan pemikiran kebangsaannya, juga memiliki hubungan kedekatan dengan mantan Gubernur Sumsel, AK Gani tersebut.

Forum diskusi yang masih kelompok kecil itu, berkeinginan terus membaca pemikiran Soekarno dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi. Meski baru pembacaan pada halaman awal, pokok pemikiran mengenai nasional, komunisme dan islam dibahas dengan bagaimana kondisi kekinian.

Peserta Diskusi, Subhan mengatakan kampaye membaca yang paling kongkret ialah tindakan membaca. Kegiatan tersebut bisa dikaitkan dengan isu yang masih terjadi saat ini, yakni adanya razia buku-buku yang akan menjadi kampaye negatif budaya membaca.

“Padahal, jika kita membaca tulisan para pendiri bangsa ini, mereka ialah para pembaca yang tekun dengan bacaan yang luas, sehingga mampu berfikir lebih luas. Karena itu, pemerintah saat ini, tidak bisa asal larang,” katanya.

Ironisnya, sambung Subhan, merazia buku tidak disertai dengan upaya membaca dan memahami pemikiran di buku tersebut. “Tulisan Bung Karno yang jadi bahan membaca kali ini dapat memberi pelajaran agar bangsa ini perlu memperluas cakralawa pengetahuan mengenai ideologi-ideologi yang menjadi fondasi negara-bangsa Indonesia,” terangnya.

Peserta diskusi lainnya, Erwan Suyanegara menilai kegiatan pembacaan pemikiran Soekarno harus terus berjalan di Sumsel, mengingat upaya diskusi, membedah, sampai dengan kembali menuliskannya dalam konteks kekinian masih sangat minim. Sumsel sebagai provinsi yang sangat kaya literasi sejarah dan budaya, juga menyimpan banyak informasi dan pendiskusian penting. Banyak daerah-daerah terutama negara lain yang sangat konsen mendokumentasinya dalam sebuah buku percetakkan nasional.

“Tentu membaca pemikiran Soekarno akan sangat baik, terutama bagi generasi muda. Misalnya bagaimana kritik dalam pembahasan makna persatuan yang cendrung keliru. Dalam awal bab buku itu akan membahas persatuan. Namun, persatuan itu keseragaman, atau sama, sehingga lebih tepatnya yakni penghormatan atas keberagaman. Karena pada dasarnya, Indonesia itu beragam, dan pengikatnya yakni penghormatan yang sama,” pungkasnya.

 

237