Home Kesehatan Siswi Kelas 2 SMA Ini Temukan Alat Glukometer untuk Diabetes

Siswi Kelas 2 SMA Ini Temukan Alat Glukometer untuk Diabetes

Jakarta, Gatra.com - Siswi kelas 2 SMA di British School Jakarta, Celestine Wenardy telah menemukan alat deteksi penyakit diabetes yakni Glukometer. Bersama dengan penemuannya, Celestine berhasil menerima penghargaan di ajang Google Science Fair 2019 di California, Amerika Serikat.

Ide pembuatan alat tersebut berawal saat Celestine membaca laporan milik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menunjukkan, sebanyak 6% jumlah kematian di Indonesia diakibatkan oleh penyakit diabetes. Bahkan, saat ini angkanya terus meningkat menjadi 8,5%.

"Masih banyak pengidap diabetes di Indonesia yang belum terdiagnosa, makanya saya membuat alat ini. Harapannya, supaya orang-orang yang mengidap diabetes bisa didiagnosa sejak dini dan segera mendapatkan pengobatan yang sesuai," ucapnya kepada wartawan di Kantor Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Senin (26/8).

Secara sederhana, kinerja alat itu hanya memakai suhu tubuh dan cahaya untuk mendapatkan kadar glukosa yang akurat. Sehingga lebih praktis dan tidak perlu datang ke rumah sakit atau laboratorium untuk pengambilan darah.

"Tujuan alat ini untuk dipakai masyarakat umum, bukan hanya ahli medis, dokter atau masyarakat di perkotaan saja. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil agar mereka bisa menggunakannya dan tidak perlu pergi jauh untuk mendeteksi diabetes," ujarnya.

Dara berusia 16 tahun ini juga mengaku sempat mengalami kendala seperti akses dan fasilitas penelitiannya yang terbatas. Sebab, sebagai siswi SMA, laboratorium di sekolah tidak memliki fasilitas yang profesional untuk sebuah penelitian.

"Saya mengerjakan penelitian ini sendiri di lab sekolah dan di rumah. Ketika saya mengalami keterbatasan alat dan akses, saya berusaha untuk membuatnya dan eksplorasi sendiri," kata Celestine.

Diketahui, alat glukometer buatannya ini datanya sudah diuji dan 99% akurat. Alat tersebut juga dilakukan beberapa tes kepada beberapa penderita diabetes di Indonesia. Selain itu, prototype yang pun telah dibuat dengan biayanya hanya US$30 (Rp427.500).

"Alatnya itu dipasang di jari. Ke depan sih semoga bisa lebih diperkecil supaya bisa dipakai terus-menerus," tuturnya.

 

5132