Home Teknologi Calon Ibu Kota Baru Berpotensi Terdampak Tsunami

Calon Ibu Kota Baru Berpotensi Terdampak Tsunami

Jakarta, Gatra.com - Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Bernardus Wisnu Widjaja mengungkapkan, calon ibu kota baru yang berada di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan Kutai Kartanegara (Kukar) tidak sepenuhnya aman dari bencana. Ia menyebut ada potensi dampak tsunami dari Selat Makassar yang bisa mencapai ke calon ibu kota baru tersebut.

"Ada ancaman tsunami pengaruh dari Sulawesi, berpotensi terimbas tsunami dalam indeks bahaya rendah di daerah Kukar," ungkap Wisnu dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Jumat (30/8).

Sementara Pakar Tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko menyebut kecamatan yang berpotensi terdampak tsunami dalam skala rendah ialah kecamatan Muara Jawa dan Samboja.

"Garis pantai ada di Muara Jawa dan Samboja mengahadap langsung ke laut. Akibat megathrust di Sulawesi Utara dengan magnitudo 8,5 Skala Richter bisa mengakibatkan tsunami kecil sampai sedang dengan pasang surut normal," ujar Widjo.

Selain itu, Wisnu menyebut ada lereng curam bawah laut di Selat Makassar di timur calon ibu kota baru. Jika terdapat aktivitas tektonik, maka lereng ini bisa longsor dan mengakibatkan tsunami.

"Kita perlu mewaspadainya, walaupun dalam hitungan statistik tidak banyak tsunami yang ditimbulkan oleh longsor bawah laut potensial. Di sana ada beberapa yang cukup curam, kemiringan 2-4%, di sisi barat Sulawesi 5% bisa menimbulkan kemungkinan potensi longsor, perlu dikaji lebih lanjut," kata Widjo.

Kendati demikian, Widjo menyebut publik tak perlu panik sebab potensi merupakan ancaman yang bisa tidak menimbulkan bencana bila upaya mitigasi dilakukan.

Demikian pula Wisnu, mengharapkan tata ruang di calon ibu kota baru harus ditata baik dengan melihat potensi bencana agar dapat mencegah terjadinya bencana yang merusak dan menelan korban jiwa.

"Ketika menata ruang, area pesisir yang berpotensi terdampak tsunami rendah, tidak dipakai sebagai pemukiman yang ada aktivitas. Dan harus dibedakan tsunami dan bencana tsunami, selama tata ruang bisa dibuat sebaik-baiknya itu risiko bencana tidak akan terjadi," tutur Wisnu.

229