Home Politik 18 Mahasiswa NTB Terlantar di Korsel

18 Mahasiswa NTB Terlantar di Korsel

 

Mataram, Gatra.com-Persoalan pengiriman mahasiswa Nusa Tenggara Barat (NTB) ke Universitas Chodang Korea belum terselesaikan. Padahal, sebelumnya delapan belas mahasiswa peraih beasiswa S1 dijanjikan mendapatkan pendidikan selama enam bulan. Sampai saat ini, mereka masih terlantar di Korea Selatan. 

"Enam bulan, mereka manfaatkan untuk belajar bahasa Korea. Namun, setelah tes belum ada yang mampu mencapai level tiga, seperti yang disyaratkan. Para mahasiswa hanya berbekal bahasa Inggris, sehingga kesulitan beradaptasi dengan bahasa Korea di sana," ucap Karo Humas Setda NTB, Najamuddin Amy, S.Sos, MM, di Mataram, Minggu (8/9). 

Direktur Lembaga Kajian Politik dan Publik Mi6 Mataram, Bambang Mei Finarwanto menuturkan, seluruh mahasiswa dalam kondisi mengkhawatirkan. Situasi ini menjadi perhatian publik. 

"Nasib 18 orang yang sudah dikirim tidak boleh dianggap sederhana. Padahal mereka sudah mengorbankan pekerjaan dan diduga meminjam puluhan juta di bank daerah. Siapa yang tanggung jawab, pekerjaan orang sudah lepas. Belum lagi secara psikologis di mata keluarga dan lingkungan sekitar," tuturnya.

Kasus bermula saat Mi6 mengikuti pemberitaan di media cetak maupun online. Disebutkan, pihak Universitas Mataram, Pemprov NTB, dan LPP enggan memberikan komentar. 

"Keributannya malah pembelaan diri, bukan telantar. Bukan perdagangan orang, bukan salah ini, salah itu. Jadi kesannya tidak profesional, amatiran," tutur Didu.

Didu menyarankan, seluruh pihak yang terlibat agar terbuka ke media. Mereka seharusnya menyampaikan detail informasi mengenai proses pengiriman hingga nasib warga NTB di Korea Selatan. 

"Dalam era serba terbuka, sulit menutupi sesuatu. Apalagi hal tersebut diduga tak prosedural. Ya, kayak kata pepatah lah, bangkai disimpan nanti tercium juga. Pemprov NTB punya kewajiban moral, bertanggung jawab secara utuh pada warga NTB yang sudah dikirim ke Korea Selatan. Kerugian materiil ataupun immateriil harus dihitung. Termasuk, jelaskan itu dugaan bagaimana nasib pinjaman Rp60 juta di bank,” katanya.

Didu penasaran terhadap dugaan proses pinjaman perbankan. Hal ini karena terkesan begitu mudah mencairkan pinjaman. Untuk 28 orang, total dana ada Rp1,7 miliar. Besaran ini mencurigakan karena biasanya bank selalu cermat dan tidak mau mengambil risiko. 

"Ini orang sudah berhenti kerja, masih mau kuliah dapat kerja lagi di Korea Selatan. Kok mudah sekali dapat pinjaman. Sementara meminjam untuk usaha saja panjang lebar prosesnya," katanya.

Masalah Korea Selatan ini telah mendapat atensi dari banyak pihak, termasuk dewan dan ombudsman. Didu berharap, persoalan ini dikawal secara utuh. Ia khawatir, nasib 18 orang yang saat ini di Korea Selatan diabaikan. "Ini persoalan publik. Tak boleh disederhanakan, apalagi diremehkan," tegasnya.

Gubernur NTB H Zulkieflimansyah melalui akun facebook pribadinya menuliskan, ada yang mempermasalahkan tentang pengiriman mahasiswa ke Korea. Bahkan mencurigai, ada motif perdagangan manusia. Padahal, ini merupakan program sederhana. "Yang punya ide memberangkatkan anak NTB ke luar negeri bukan kami saja. Banyak orang dan tim lain," tulisnya.

Zul melanjutkan, ini ada ide memberangkatkan lulusan D3 keperawatan dan melanjutkan S1 di Chodang University. Ide ini diinisiasi oleh Dr Hamsu dari Fakultas Kedokteran Unram. Kata Dr Hamsu, NTB memiliki kelebihan perawat. Sembari menempuh pendidikan, warga NTB bisa bekerja membantu di bidang perawatan dan kesehatan di Korea dengan gaji yang lumayan.

"Menurut kami, program ini bagus dan harus didukung. Namun, kami meminta Prof Hamsu untuk mengecek kualitas dan Reputasi Chodang University sambil mengirimkan Kadis Kesehatan Kami Dr Eka dan Dirut RSUP dr Fikri utk memastikan, apa yg di janjikan itu benar. Setelah semuanya oke, baru berani kita kirimkan anak-anak kita ke sana," lanjutnya.

Dekan Fakultas Kedokteran Unram ini menyebutkan, realita terkadang tidak sesuai dengan perjanjian. Ia menyesali hal itu. Hamsu akan memperbaiki kekeliruan prosedur dan mengganti wilayah studi. 

Sebagaimana diketahui, pengiriman 18 warga NTB untuk belajar ke Chodang University untuk kuliah sembari bekerja tak berjalan mulus. Kondisi belasan orang di Korea Selatan itu pun tidak menentu. Direncanakan dalam waktu dekat, mereka akan kembali ke NTB. Sisanya akan kembali pada Desember mendatang. Mereka ke Korea Selatan setelah mendapat pinjaman uang dari bank daerah sebesar Rp60 juta.

 

658