Home Gaya Hidup Galang Kolaborasi, ACT Luncurkan Gerakan Indonesia Dermawan

Galang Kolaborasi, ACT Luncurkan Gerakan Indonesia Dermawan

Jakarta, Gatra.com - Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) meluncurkan Gerakan Indonesia Dermawan. Ini merupakan sebuah gerakan kampanye yang mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk memberikan perhatian dan donasi untuk masalah kemanusiaan seperti bencana, konflik, dan kemiskinan.

"Kita ingin kedermawanan menjadi budaya dan kebiasaan kita. Ini gerakan inklusif yang bisa diikuti semua orang, dari anak kecil sampai orang dewasa. Secara penghasilan mungkin belum besar, tapi kebiasaannya itu yang luar biasa," ujar Steering Committe Indonesia Dermawan, Syuhelmaidi Syukur dalam peluncuran Gerakan Indonesia Dermawan di Menara 165, Jakarta, Selasa (10/9).

Berdasarkan riset Charities Aid Foundation pada 2018, menempatkan Indonesia dalam peringkat pertama World Giving Index. Ini menunjukkan Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia. "Setelah kita teliti lebih lanjut, kedermawanan Indonesia sudah jadi habit masyarakat Indonesia, terutama kelas menengah ke bawah," katanya.

Sementara itu, Presiden ACT, Ibnu Khajar menyebut bahwa kondisi kekeringan dan kemiskinan yang melanda Indonesia serta konflik yang melanda beberapa negara mengharuskan semua pihak berkolaborasi menyelesaikan persoalan tersebut. Saat ini ada 20 ribu hektare lebih lahan pertanian tidak bisa panen, 4,2% rakyat Indonesia dilanda kemiskinan akut, serta 7,7% kurang gizi.

"Lalu di dunia Islam, 83% di Suriah hidup di bawah garis kemiskinan, rakyat Yaman 33% dalam kelaparan akut, di Rohingya, 1 juta orang masih tinggal di pengungsian, dan di Somalia ada 43% rakyat kelaparan," jelas Ibnu.

Melalui gerakan Indonesia Dermawan, dia mengajak semua pihak membangkitkan energi optimisme dan menyelesaikan problematika bangsa dengan solusi aktif dari berbagai elemen bangsa melalui kedermawanan.

Gerakan Indonesia Dermawan menyasar individu, tempat pelayanan publik, insititusi pendidikan, organisasi profesi, pemerintah, media massa, hingga dunia usaha untuk mengatasi persoalan kemiskinan, kemanusiaan, serta melakukan pemberdayaan dan pendidikan.

 

622