Home Politik Dukung Tentukan Nasib Sendiri Mahasiswa Papua Tolak Gubernur

Dukung Tentukan Nasib Sendiri Mahasiswa Papua Tolak Gubernur

Surabaya, Gatra.com- Mahasiswa Papua yang mengalami ujaran rasis beberapa minggu lalu, sampai sekarang menutup diri. Mereka enggan menerima siapapun tamu yang datang ke asramanya di Jalan Kalasan, Surabaya.

Seperti diketahui, rombongan Gubernur Papua, Lukas Enembe bersama Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan dan Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Wisnoe Prasetija Boedi ditolak saat berkunjung ke asrama tersebut.

Biro Organisasi Komite Pusat Aliansi Mahasiswa Papua, Yohanes Giyai mengatakan mereka menolak menerima siapapun tamu yang datang karena kekerasan yang dialami rakyat Papua selama ini tak pernah diselesaikan dengan tuntas.

Ujaran rasis yang dilontarkan kepada mahasiswa Papua itu, lanjut Yohanes, merupakan satu bentuk kekerasan dari sejumlah kekerasan lain terhadap rakyat Papua. "Saya pikir apa yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya, rasisme, itu semuanya mewakili perlakuan yang dilakukan oleh negara terhadap warga Papua selama ini yang kebetulan dia muncul kemarin," kata Yohanes, Selasa (10/9).

Menurutnya, rakyat Papua selama ini mengalami kekerasan secara struktural yang dilakukan oleh negara. "Jadi ini adalah kekerasan struktural, secara struktural dan sistematis yang selama ini dilakukan oleh negara tapi tidak pernah dituntaskan," ujar dia.

Ia menilai gubernur Papua Lucas Enembe, Gubernur Jatim Khofifah, dan pejabat-pejabat lain adalah perwakilan negara yang malas tahu dengan persoalan-persoalan mendasar rakyat Papua. "Secara hirarki ini kan Gubernur Papua (Lucas Enembe), Khofifah dan lain-lainya adalah perwakilan negara. Secara struktural juga hari ini mereka malas tahu dengan persoalan-persoalan rakyat Papua, mulai dari rasisme, diskriminasi. Tidak bisa mereka (datang ke asrama)," katanya.

Lebih lanjut Yohanes mengatakan, tidak perlu para pejabat tersebut sibuk menyelesaikan gelombang kemarahan rakyat Papua atas pelakuan rasis. "Ini rakyat yang marah, tidak harus mereka ini yang sibuk. Kami ikuti apa yang dimau oleh rakyat Papua, seperti hak untuk menentukan nasib hidup sendiri," pungkas dia.

2460