Home Gaya Hidup Sumbar Kekeringan, UNP Laksanakan Salat Minta Hujan

Sumbar Kekeringan, UNP Laksanakan Salat Minta Hujan

Padang, Gatra.com - Selama dua bulan terakhir, daerah Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) dilanda kekeringan atau kemarau. Bencana kemarau ini mengakibatkan masyarakat di daerah itu kesulitan mendapatkan air bersih.
 
Selain kemarau, selama tiga pekan terakhir Ranah Minang juga dilanda bencana kabut asap. Diduga asap ini kiriman dari Riau dan Jambi, yang diakibatkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Dampaknya, kualitas udara di Sumbar dinyatakan tidak sehat. 
 
Menyikapi bencana ini, civitas akademika Universitas Negeri Padang (UNP) melakukan salat meminta diturunkan hujan atau istisqa', di halaman rektorat kampus setempat. Salat ini diikuti sekitar ratusan orang, seperti petinggi kampus, baik dosen, mahasiswa, hingga masyarakat setempat.
 
"Kita melaksanakan salat istisqa', untuk memohon kepada Allah agar diturunkan hujan. Meskipun belum tahu kapan hujannya datang, tapi kita harus tetap berprasangka baik kepada Sang Pencipta. Doa hari ini usaha kita, hujan adalah ketetapn Allah," kata Ahmad Kosasih yang menjadi imam salat istisqa' di UNP, Senin (23/9) di Padang. 
 
Dalam khutbahnya, Ahmad menyerukan agar masyarakat Tanah Air, khususnya warga Sumbar agar sabar menghadapi segala ujian yang saat ini. Menurutnya, kekeringan yang melanda saat ini bukan hanya fenomena alam, tapi sekaligus juga ujian keimanan. Maka untuk itu, umat Islam harus mampu menghadapi segala ujian ini.
 
"Perbanyaklah beristigfar, mengucapkan ampunan. Jangan sampai meminta hujan kepada yang lain, selain Allah. Mudah-mudahan setelah salat ini, hujan segera datang," tuturnya yang diaminkan jamaah dengan khidmat.
 
Sementara beberapa daerah di Padang, juga melaksanakan salat istisqa' ini. Semuanya mengharapkan turunnya hujan untuk membasahi Ranah Minang, termasuk di daerah kawasan karhutla. Akibat dampak kemarau ini, beberapa daerah juga mulai kesulitan air bersih.
 
Kemudian, berdasarkan hasil pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), stasiun pemantau Global Atmosphere Watch (GAW) Bukit Kototabang, menyampaikan kabut asap sudah menyelimuti Sumbar secara merata. Kualitas udara dinyatakan berada pada level berbahaya, akibat faktor cuaca dan perubahan iklim.
179