Home Kesehatan Kualitas Udara di Muaro Jambi Level Berbahaya

Kualitas Udara di Muaro Jambi Level Berbahaya

Muaro Jambi, Gatra.com - Kondisi udara di Kabupaten Muaro Jambi telah memasuki level berbahaya. Kualitas udara di Muaro Jambi terus memburuk akibat dari adanya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

"Ya, Kualitas udara di Muaro Jambi sudah dalam level berbahaya, ISPU sudah berada pada angka 341, artinya masuk kategori berbahaya," kata Kepala UPTD Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup Muaro Jambi, Elce, saat dikonfirmasi Senin (23/9).

Elce mengatakan, berdasarkan pengukuran menggunakan alat High Volume Air Sampler (HVAS) yang dipasang di komplek perkantoran Bupati Muaro Jambi di Sengeti, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) telah berada pada angka 341 mg/l. ISPU menyentuh level berbahaya sejak Minggu (22/9) dan hari ini Senin (23/9).

"Jadi sudah dua hari, sejak kemarin dan hari ini," ujarnya.

Elce menyebut, dengan kualitas udara seperti itu, maka akan sangat membahayakan terhadap kesehatan. Masyarakat akan terganggu dalam bernapas serta akan semakin memicu terjadinya peningkatan penyakit ISPA.

"Imbauan kita, masyarakat harus mengurangi kegiatan di luar rumah. Dan harus selalu memakai masker kalau keluar rumah serta perbanyak minum air putih," kata Elce.

Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Muaro Jambi, Firmansyah membenarkan indeks Standart Pencemaran Udara (ISPU) di Kabupaten Muaro Jambi telah berada pada level berbahaya. ISPU Muaro Jambi terhitung hari ini telah berada pada angka 341 mg/l.

"Angka itu sudah masuk kategori atau level berbahaya," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Muaro Jambi, Firmansyah, Senin (23/9).

Firman menyebut, angka ISPU itu adalah kondisi ISPU di Kelurahan Sengeti dan sekitarnya. Sementara untuk daerah lokasi Karhutla seperti di Kecamatan Kumpeh Ulu dan Kumpeh Ilir dipastikan di atas angka tersebut.

"Di daerah karhutla pasti lebih tinggi angkanya. Pasti sudah berada di atas 341 mg/l," katanya.

Firman menjelaskan, meningkatnya ISPU ini diakibatkan intensitas kebakaran hutan dan lahan yang cenderung meningkat selama kurun waktu belakangan ini. Akibatnya kebakaran tersebut membuat pasokan Oksigen (O2) menurun. Pembakaran yang tidak sempurna menghasilkan gas Carbon Monoksida (CO) serta mengikat seluruh Oksigen yang ada pada lokasi kebakaran.

"Suhu meningkat dan terasa lebih panas, mata terasa perih karena terjadi iritasi pada pupil mata. Terus kulit kering, terasa ada alergi dan gatal tanpa sebab. Ini beberapa akibat yang terjadi selain meningkatnya ISPU terutama di wilayah karhutla dan dirasakan oleh petugas pemadaman di sana," kata Firman.

Lebih lanjut Firman mengatakan, ada dua jenis partikel debu pada kebakaran. Partikel debu kasar berukuran 3-10 mikron dan partikel debu halus 0.1-2.9 mikron. Partikel debu ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia secara umum.

"Kami dari DLH mengimbau agar masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah. Gunakan masker atau penutup hidung dan mulut saat beraktivitas di luar rumah," kata Firmansyah.

492