Home Milenial Mematungkan Nyi Roro Kidul dalam Bingkai Sensor

Mematungkan Nyi Roro Kidul dalam Bingkai Sensor

Jakarta, Gatra.com - Salah satu karya terbaik dalam Basoeki Abdullah Art Award #3 yang dipamerkan di Museum Basoeki Abdullah adalah karya dari Alfiah Rahdini. Seniman Seni Rupa tersebut dalam karyanya membuat sebuah patung penggambaran sosok mitologis tersohor di Indonesia, Nyi Roro Kidul. Menurut Alfiah, sosok Nyi Roro Kidul merupakan figur kuat khusunya ketika berbicara mitologi dan ketubuhan perempuan.

Dalam karyanya, Alfiah menggambarkan Sosok Nyi Roro Kidul dalam gubahan patung atau Karya 3 dimensi. Alfiah mencoba menghadirkan ulang penggambaran Nyi Roro Kidul yang dibuat Basoeki Abdullah pada 1950. 

Yang unik, seniman asal Bandung tersebut menghadirkan penggambaran sosok Nyai Roro Kidul dengan gestur khasnya, namun hanya ditunjukan bagian tangan saja. Sedangkan bagian tubuh ditutupi balok hitam dan tidak ditunjukan sebagai representasi seolah penggambaran tubuh yang telah terkena sensor. Pada bagian sensor tersebut juga ditulis: 
 
Seniman Pembuat Karya "The Appropriation of Basuki Abdullah's Nyai Roro Kidul", Alfiah Rahdini, Jakarta, Rabu (25/9). (GATRA/Ucha Julistian/far)

 

 
This is the statue of Nyi roro Kidul, the queen of south coast, inspired by the work of basuki Abdullah. To Prevent Vandallism and Controversy, only the hands left to appear since the queen herself is not known to wear a hijab
 
Dalam karyanya tersebut, Alfiah mengungkapkan bahwa dirinya seolah memberikan kritik satir terhadap pemahaman masyarakat yang selalu melakukan vandilsem atau membuat karya seni itu menjadi tidak layak di ruang publik atau bahkan diamputasi ideologi politik tertentu.
 
"Kita banyak dangar beberapa kasus soal karya seni di ruang publik yang mejadi kontroversi, bahkan divandal, yang patung dikembenin lah. Jadi ketakutan berkreasi di ruang publik. Jadi menurut saya kok ruang publik jadi sangat momok. Melalui karya ini, Bagaimana saya bisa mengekspresikan karya saya di tengah publik yang kaya gini," ungkap Alfiah ketika ditemui di Museum Basoeki Abdullah, Jakarta, Rabu (25/9).
 
Menurutnya, saat ini mitologi yang telah membangun kebudayaan kita dari jaman dahulu situasinya tengah terhimpit dengan kebudayaan dan kebutuhan politik seta isu sosial lainnya. Karenanya menurut seniman lulusan ITB tersebut mitologi sudah tidak lagi menjadi nyawa dari bangsa Indonesia.
 
"Apalagi kalau kita bicara tentang karya seni itu sendiri. Ruang publik sudah dipolitisasi untuk kepentingan politik tertentu. Padahal kita sebagai negara demokrasi seharusnya kita berhak mengespresikan apapun yang membuat kita nyaman. Sayangnya sekarang begitu susahnya seniman untuk mengekspresikan itu," jelasnya.
784