Home Ekonomi Penjualan Ritel Internet Terus Tumbuh, Ini Alasannya

Penjualan Ritel Internet Terus Tumbuh, Ini Alasannya

Jakarta, Gatra.com – DBS Group Research memperkirakan pertumbuhan konsumsi masyarakat tetap akan positif pada semester II 2019. Para retailer yang menargetkan kelas menengah ke atas bisa memanfaatkan kelompok yang memiliki pendapatan lebih stabil ini. Mulai dari ‘Indonesia Great Sale’ sampai ‘Hari Belanja Online Nasional’ (Harbolnas) pada Desember, diyakini mendongkrak level konsumsi.

Analis DBS Group Research, David Arie Hartono, Andy SIM, dan Cheria Christi Widjaja menyatakan penjualan online atau e-commerce saat ini sudah menjadi bagian penting dalam industri ritel di Indonesia.

“Orang-orang yang berbelanja online terus meningkat dan masih akan tetap tumbuh dalam beberapa tahun ke depan. Penyebabnya adakah karena harga yang ditawarkan lebih murah, nyaman, menghemat waktu, bisa memilih lebih banyak produk dan penjual, serta meningkatnya jumlah pengguna internet dan telepon pintar,” demikian tulis mereka dalam keterangan yang diterima Gatra.com, Jumat (27/9).

Baca Juga: Indeks Ritel Bali Lebih Stabil Dibanding Jakarta

Penjualan ritel melalui internet di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pada 2018, penjualan e-commerce naik menjadi 4% dari total penjualan ritel di Tanah Air. Bandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 3,4%. Selama periode 2007 hingga 2018, total penjualan online rata-rata tumbuh sebesar 25,3% per tahun. Penjualan online ini tentu saja jauh melampaui rata-rata penjualan offline yang tumbuh 9% per tahun di periode yang sama.

Penjualan ritel internet di Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh. Alasannya karena didukung oleh pembangunan infrastruktur, tinggginya tingkat penetrasi telepon pintar, dan meningkatnya populasi penduduk berpenghasilan menengah.

Para pemain e-commerce tidak hanya menjual produk lewat platform Tokopedia, Shopee, Lazada, Zalora, Blibli, atau Bukalapak saja. Tapi mereka juga menjual produk lewat media sosial, seperti Instagram.

Baca Juga: Diskon Hingga 74%, Mendag Buka Indonesia Great Sale

Ancaman lain yang bisa menggerus laba perusahaan-perusahaan ritel datang dari fluktuasi nilai tukar rupiah. Volatilitas rupiah merupakan risiko potensial di semester II. Sebab, nilai tukar dolar Amerika Serikat berkaitan erat dengan produk barang-barang konsumsi yang bergantung pada impor hingga di atas 50%. Setiap terjadi depresiasi rupiah, maka margin laba perusahaan akan tergerus. Tapi meski peritel online ini menjadi ancaman yang serius bagi peritel offline, secara keseluruhan e-commerce mendukung pertumbuhan industri ritel di Indonesia.

Sementara itu, survei Bank Indonesia (BI) memperkirakan penjualan ritel atau eceran pada Agustus 2019 meningkat. Peningkatan penjualan terutama terjadi pada kelompok suku cadang dan aksesoris, makanan dan minuman (mamin), serta tembakau.  

Berdasarkan survei yang dipublikasikan pada Selasa, 10 September 2019, kenaikan penjualan ritel terindikasi dari perkiraan pertumbuhan Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Agustus 2019 yang meningkat menjadi 3,7% secara tahunan. Angka itu  tumbuh lebih tinggi dari 2,4% pada bulan sebelumnya.

502