Home Gaya Hidup Keterkaitan Kota Depok dan Sungai Ciliwung Menurut Sejarah

Keterkaitan Kota Depok dan Sungai Ciliwung Menurut Sejarah

Depok, Gatra.com - Sejarawan JJ Rizal menjelaskan sejarah keterkaitan Kota Depok dengan Sungai Ciliwung. Dia mencatat, hubungan pertama kota tersebut dengan dunia internasional yang membuatnya memiliki komunitas masyarakat yang beragam karena adanya Sungai Ciliwung. 

"Hubungan pertama ini dimulai dengan orang-orang Tionghoa. Buktinya adalah situs sejarah Pondok Cina dari abad ke-17 yang terletak tak jauh dari Ciliwung," ujarnya saat melakukan kegiatan bertajuk "Nelusurin Sejarah, Mungutin Sampah" di Jembatan Panus, Depok, Jawa Barat, Ahad (29/9).

Secara lebih lanjut dia menjelaskan, hal itu juga disusul hubungan dengan Eropa yang dimulai dengan Belanda. Dia meyakini pada zaman itu juga meninggalkan banyak situs sejarah, salah satunya adalah Jembatan Panus yang membentang di atas Ciliwung dekat pemukiman kaum Belanda Depok. 

"Jembatan Panus itu bagian dari situs sejarah besar Ciliwung. Sementara Depok sendiri pertama kali melakukan komunikasi dan interaksi dengan dunia luar itu melaui Ciliwung. Karena itu beberapa situs sejarah dapat kita temukan dengan mudah di Ciliwung," jelasnya. 

Sementara itu, jauh sebelum orang Eropa dan Tionghoa datang ke Indonesia, dia mengatakan bahwa sudah ada pemanfaatan Sungai Ciliwung dalam ekomomi jalur rempah. Yang mana, memberikan akses dari Bogor menuju pelabuhan Sunda Kelapa, dan Depok merupakan wilayah transit antara keduanya. 

"Jadi Ciliwung ini sungai yang sangat bersejarah bagi banyak daerah yang dilintasinya, termasuk Depok. Nah jembatan Panus yang telah berusia 102 tahun ini sebagai Gerbang kota Depok," tutur Rizal. 

Dia juga menjelaskan asal usul nama Kota Depok, yang berasal dari kata Padepokan. Padepokan sendiri menurutnya berarti tempat bermenung. 

"Kebetulan di Ciliwung Panus ini kita bisa temui Kali Tawin. Nah di Kali Tawin ini banyak orang merenung, kalau istilah kita biasa disebutnya bertapa. Depok sendiri asal katanya dari Padepokan, yang artinya tempat bermenung," imbuhnya. 

Dari penamaan itu, dia menilai seharusnya Kota Depok yang secara filosofis berarti tempat bermenung, seharusnya pemerintah khususnya Kota Depok segera berpikir tentang kota tersebut. Menurut Rizal, Kota Depok telah kehilangan orientasinya selama beberapa dekade belakangan ini. 

Dia mengungkapkan, Kota Depok yang tadinya memiliki hutan raya, sekarang habis, bahkan krisis ruang terbuka hijau. Depok juga identik dengan air, namun dari 31 setu yang ada, kini tinggal 20 yang mana 80% nya tercemar, rusak, serta mengalami penyusutan.

Sementara, Sungai Ciliwung juga kurang mendapatkan perhatian dengan banyaknya sampah yang mudah ditemui menghambat laju arus. "Artinya kota depok hari ini tidak belajar bahwa Depok itu lahir dari perhatian yang besar terhadap air dan lahan hijau. Seharusnya kan kota depok di orientasikan menjadi kota hijau dan biru, tapi sekarang kan menjadi kota Abu-abu (aspal dan beton melulu)," ungkapnya. 

2079