Home Internasional India Akan Batasi Kelapa Sawit Malaysia, Peluang Bagi RI

India Akan Batasi Kelapa Sawit Malaysia, Peluang Bagi RI

New Delhi/Mumbai, Gatra.com - India sedang mempertimbangkan untuk membatasi impor kelapa sawit dan beberapa produk lainnya dari Malaysia. Hal ini diutarakan oleh sumber pemerintah dan pelaku industri kepada Reuters. 
 
Sebagai reaksi terhadap Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad mengkritik New Delhi atas tindakannya di Kashmir pada bulan lalu di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ia mengatakan, India telah menyerbu dan menduduki Jammu dan Kashmir. Selain itu, ia meminta New Delhi untuk bekerja dengan Pakistan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
 
"India sedang mencari cara untuk membatasi impor minyak sawit dan dapat membatasi barang lainnya dari negara itu. Pemerintah ingin mengirim sinyal kuat ketidaksenangannya kepada pihak berwenang Malaysia," kata sumber yang menjadi peserta diskusi yang dipimpin oleh Kementerian Perdagangan dan Industri. 
 
Kashmir yang mayoritas Muslim terbagi dalam wilayah India dan Pakistan. Keduanya mengklaim, Kashmir telah berperang di wilayah tersebut. India mencabut status konstitusional, khusus di daerah Kashmir pada bulan Agustus. Hal ini membuat marah Pakistan.
 
"India, importir minyak nabati terbesar di dunia, berencana untuk mengganti minyak sawit Malaysia dengan pasokan minyak nabati dari beberapa negara seperti Indonesia, Argentina, dan Ukraina," ucap sumber tersebut. 
 
Minyak kelapa sawit menyumbang, hampir dua pertiga dari total impor minyak nabati India. India membeli lebih dari 9 juta ton minyak kelapa sawit setiap tahun, terutama dari Indonesia dan Malaysia.
 
Dalam sembilan bulan pertama tahun 2019, India merupakan pembeli minyak kelapa sawit terbesar di Malaysia, yakni sebesar 3,9 juta ton. Data ini didapat dari Dewan Minyak Sawit Malaysia.
 
Juru bicara Kementerian Perdagangan India mengatakan, pihaknya tidak bisa mengomentari beberapa hal yang sedang dipertimbangkan. Perdana Menteri Malaysia mengatakan, ia belum menerima kabar resmi dari India pada Jumat (11/10). Padahal, Reuters pertama kali melaporkan, India sedang mempertimbangkan pembatasan impor minyak sawit Malaysia dan produk lainnya.
 
Berita itu mendorong aksi ambil untuk bursa minyak kelapa sawit berjangka Malaysia hingga mencapai titik terendah dalam lima hari pada Jumat malam.
Kontrak patokan minyak sawit untuk pengiriman Desember di Bursa Malaysia Derivatives Exchange yang sebelumnya diperdagangkan pada hari itu, turun 0,9% menjadi 2.185 ringgit (USD 522,23) per ton.
 
Sebuah kilang yang berbasis di Mumbai mengatakan pihkanya tidak akan kekurangan minyak nabati di India jika konsumen di sana berhenti mengimpor minyak sawit dari Malaysia.
 
Indonesia sangat ingin menjual lebih banyak minyak sawit ke India, kata sumber dari kilang itu. Ia menambahkan, India juga dapat meningkatkan impor minyak kedelai dari Argentina dan minyak bunga matahari dari Ukraina untuk mengimbangi penurunan pengiriman minyak sawit Malaysia.
 
Indonesia menginginkan New Delhi untuk meningkatkan pembelian minyak sawit dan ingin membeli gula dari India sebagai gantinya.
 
"Impor India yang lebih tinggi telah membantu Malaysia mengurangi stok pada 2019, tetapi stok bisa naik lagi dan harga bisa berada di bawah tekanan jika India mengurangi atau menghentikan impor," kata seorang pedagang firma dagang internasional yang berbasis di Mumbai 
 
"Pemerintah India juga merencanakan beberapa pembatasan impor dari Turki, salah satu sumber pemerintah mengatakan," ketika Ankara telah mengeluarkan pernyataan berulang-ulang tentang Kashmir, masalah yang dianggap India sebagai masalah internal.
 
Selain ketegangan di sekitar Kashmir, ada pula gesekan antara India dan Malaysia terkait status pengkhotbah Islam Zakir Naik, yang ingin diekstradisi oleh pihak berwenang India dari Malaysia. Pada 2016, sebuah agen kontraterorisme India menuduh Naik mempromosikan kebencian dalam pidatonya.
1454