Home Ekonomi Ekonom Nilai Pemerintah Abaikan Sektor Industri

Ekonom Nilai Pemerintah Abaikan Sektor Industri

Jakarta, Gatra.com - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Didik Junaidi Rachbini menganggap pemerintah masih abai terhadap sektor industri dalam negeri.

"Kami berharap Pak Presiden yang jago blusukan, kami memberi saran untuk blusukan ke sektor industri [di] tahun pertama menjabat karena itu menjadi titik lemah," ujarnya dalam acara "Diskusi 100 Ekonom" bersama Wakil Presiden Mihammad Jusuf Kalla di Hotel Westin, Jakarta, Kamis (17/10).

Didik menuturkan, pada masa orde baru pertumbuhan industri dapat mencapai 9%-10%. Sedangkan saat ini hanya tumbuh sekitar 3%. "Hal krusial bagi kita adalah daya saing industri," tuturnya.

Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE), Piter Abdullah Redjalam berpendapat, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada periode pertama tidak memiliki strategi untuk menghambat penurunan pertumbuhan sektor industri. Perlambatan ini telah terjadi sejak masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

"Dia abai, menganggap itu sesuatu yang tidak penting. Padahal itu suatu yang penting," katanya usai acara dialog.

Piter mengatakan, fokus pembangunan infrastruktur yang dicanangkan Jokowi masih belum mendongkrak perekonomian nasional, termasuk sektor industri.

"Saya tidak melihat kegagalan dari Jokowi, cuma kurang maksimal. Dia banyak membangun infrastruktur, cuman pembangunan ekonomi jangan hanya bertumpu pada satu sektor, harus dikembangkan lagi. Harus ada grand strategy," ucapnya.

Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS), pertumbuhan industri pada triwulan kedua 2019 hanya mampu bertumbuh sebesar 3,5%. Menurutnya, hal ini didorong oleh hilirisasi industri yang tidak berjalan.

Oleh karena itu, Piter menyarankan Indonesia harus mengubah struktur ekonominya. Tidak lagi bertumpu pada komoditas sumber daya alam seperti bahan tambang dan hasil perkebunan, tetapi industri hilir yang mengoleh sumber daya alam harus dikembangkan.

Selain itu, Ia juga menyarankan, impor harus dikurangi untuk menekan defisit neraca perdagangan. "Ketika impor dibatasi, kita harus bangun industri. Bahan baku yang kita butuhkan harus disediakan dulu, kita harus petakan industri kita seperti apa," pungkasnya.

 

183