Home Internasional Aktivis Disabilitas Terima Diskriminasi di Bandara India

Aktivis Disabilitas Terima Diskriminasi di Bandara India

India, Gatra.com - Pihak bandara Kolkata India meminta maaf kepada dua orang aktivis pejuang hak disabilitas setelah salah satu petugas wanita bandara meminta kedua aktivis tersebut melepaskan celana dan kaki palsunya serta celebral palsy yang dikenakan. Petugas bandara tersebut menyatakan bahwa keduanya tidak bisa pergi tanpa pengawasan dan harus melepaskan seluruh alat topangnya untuk melewati mesin pemandai.
 
Jeeja Ghosh, aktivis yang mengenakan cerebral palsy diminta untuk melepaskan penopangnya dan bila tidak, akan selalu berada di bawah pengawasan. Sedangkan Kuhu Das yang mengenakan kaki palsu diminta melepaskan celananya dan kaki palsu yang dipakai untuk dapat melewati mesin pemindai.
 
Menerima perlakuan tersebut, keduanya menolak tetapi kemudian petugas tersebut memanggil timnya dan rekan petugas tersebut menyatakan belum pernah melihat penumpang dengan kondisi seperti Das dan Ghosh. Setelah diprotes dan menyatakan ini adalah bentuk diskriminatif, para petugas tersebut baru diizinkan memasuki bandara. 
 
"Ketika petugas tersebut bilang tidak pernah melihat penumpang seperti saya, rasanya seperti kami (Das dan Ghosh) datang dari planet lain. Saya benar-benar merasa terhina dan tidak pernah kami menghadapi masalah seperti ini di bandara luar India," ujar Das seperti yang dilansir dari BBC, Senin (21/10).
 
Kedua aktivis tersebut diketahui akan bepergian untuk memperjuangkan hak penyandang disabilitas. Tetapi justru menerima perlakuan hal ini dan baru menerima permintaan maaf setelah kejadian tersebut diliput oleh salah satu media nasional India.
 
Sebagai informasi, dua tahun lalu, pihak berwenang mengatakan penumpang penyandang cacat tidak lagi harus melepas kaki palsu mereka untuk pemeriksaan di bandara, tetapi tampaknya perintah itu belum sampai ke petugas polisi yang sedang bertugas hingga saat ini. Para aktivis mengatakan penyandang disabilitas menghadapi stigma, diskriminasi, dan pelecehan seperti seorang atlet wanita dipaksa untuk tidur di lantai kereta karena telah diberi tempat tidur atas yang melanggar aturan.
203