Home Teknologi Menggeser Gunung, Nuklir Korut Lebih Kuat dari Bom Hiroshima

Menggeser Gunung, Nuklir Korut Lebih Kuat dari Bom Hiroshima

Jakarta, Gatra.com -- Senjata nuklir yang diuji pada 2017 oleh Korea Utara memiliki kekuatan 17 kali lebih kuat dari bom Hiroshima pada 1945. Sebuah penelitian baru menggunakan radar berbasis ruang mengungkap hal tersebut. Demikian dailymail, 15/11.

Menggunakan radar pada satelit ALOS-2 Jepang, tim ilmuwan dari India dapat menentukan ukuran daya bom nuklir dengan melihat dampak pada gunung dia tempat diuji. Mereka mendapati bahwa uji coba itu telah menggeser Gunung Mantap beberapa meter, dan puncaknya berpindah hingga setengah meter.

Ledakan itu 1,771 kaki (540 meter) di bawah puncak, dan sekitar 1,6 mil di utara pintu masuk terowongan yang digunakan untuk mengakses ruang uji. Berdasarkan deformasi tanah, tim memprediksi bahwa ledakan menciptakan rongga dengan radius 217 kaki atau 66 meter.

Tim yang dipimpin Dr. K. M. Sreejith dari Space Applications Center, Indian Space Research Organisation, menggunakan data satelit untuk menambah pengukuran tes yang dilakukan di darat menggunakan peralatan seismologi. "Radar berbasis satelit adalah alat yang sangat kuat untuk mengukur perubahan di permukaan bumi, dan memungkinkan kami memperkirakan lokasi dan hasil uji coba nuklir bawah tanah. Sebaliknya dalam seismologi konvensional, estimasi tidak langsung, dan tergantung pada ketersediaan stasiun pemantauan seismik," kata Dr Sreejith.

Pada tahun 2003 Korea Utara menarik diri dari Perjanjian tentang Non-Proliferasi Senjata Nuklir. Sejak itu mereka telah mengembangkan sejumlah perangkat nuklir melalui lima uji coba nuklir bawah tanah. Biasanya, uji coba nuklir diukur menggunakan jaringan monitor yang menilai potensi ukuran, dan dampak gempa bumi.

Tidak ada set data seismik yang tersedia secara terbuka dari stasiun di dekat lokasi uji Gunung Mantap, yang berarti bahwa tidak ada rincian spesifik tentang ukuran ledakan atau lokasi yang tepat. Hal ini membuat Dr Sreejith dan timnya mempertimbangkan apakah satelit yang digunakan untuk memantau massa daratan yang bergeser dapat memberikan lebih banyak detail.

Satelit seperti Sentinel-1 dan ALOS-2 membawa radar canggih yang dapat memberikan data tentang perubahan tutupan lahan, deformasi tanah, rak es, dan gletser. Para ilmuwan mengukur permukaan di atas ruang uji yang dicurigai di Gunung Mantap dan menemukan itu telah bergeser beberapa meter dari pengukuran sebelumnya

Para ilmuwan mengukur permukaan di atas ruang uji yang dicurigai di Gunung Mantap menggunakan Synthetic Aperture Radar Interferometry (InSar) untuk melihat apakah ada perubahan dari pengukuran sebelumnya. InSar menggunakan beberapa gambar radar untuk membuat peta deformasi dari waktu ke waktu dan memungkinkan para ilmuwan untuk mempelajari perubahan sub-permukaan dari ruang angkasa.

Tim tersebut menggunakan data dari peralatan InSar pada satelit ALOS-2 untuk menemukan bahwa ledakan tersebut menghasilkan antara 245 dan 271 kiloton, bandingkan dengan bom Little Boy yang berdaya hanya 15 kiloton yang jatuh di Hiroshima pada 1945.

Korea Utara dapat membangun hingga 40 senjata nuklir pada akhir tahun ini, menurut Dan Smith, seorang peneliti dari Stockholm International Peace Research Institute.

Dia mengatakan dia penelitian yang menunjukkan negara itu tidak berhenti mengembangkan senjata meskipun pembicaraan 'denuklirisasi' dengan AS. Saat ini ledakan nuklir jarang dipantau dari luar angkasa karena kurangnya data tentang keefektifan teknologi untuk tujuan itu, menurut Dr Sreejith.

Dia mengatakan bahwa satelit yang saat ini beroperasi seperti Sentinel-1 dan ALOS-2 bersama dengan misi NASA-ISRO Synthetic Aperture Radar, yang akan diluncurkan pada 2022, dapat digunakan untuk memantau tes di masa depan.

3807