Home Ekonomi Petani Kopi Belum Sejahtera, GMNI Angkat Bicara

Petani Kopi Belum Sejahtera, GMNI Angkat Bicara

Balikpapan, Gatra.com - Ketua Umum DPP Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Arjuna Putra Aldino menilai adanya peningkatan ekspor komoditas Indonesia seringkali tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan petani produsennya. Komoditas kopi misalnya.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), kopi Indonesia yang diekspor mencapai 467.790 ton dengan nilai US$1,19 miliar atau setara Rp 16 triliun, dengan kurs rupiah Rp 14 ribu per dolar Amerika Serikat.

Baca Juga: Kopi Indonesia Terbang ke Rusia

"Nasib petani kopi tak seharum wangi kopi. Banyak petani kopi justru tercatat sebagai penerima bantuan beras rakyat miskin (raskin). Artinya mereka tercatat sebagai penduduk miskin yang mengandalkan subsidi pangan dari pemerintah," kata Arjuna kepada Gatra.com, Senin (16/12).

Dia mencontohkan data Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Kabupaten Bandung Barat (KBB). Mereka mencatat jumlah warga miskin di Bandung Barat sebesar 11,15 persen atau sekitar 198.644 orang. Padahal kabupaten ini merupakan salah satu daerah penghasil kopi arabika jenis premium Java Preanger dengan jumlah produksi 1.000 ton per tahun.

Menurut Arjuna, hal itu disebabkan karena selama ini mayoritas petani tak memiliki posisi tawar dalam menentukan harga jual kopi. Petani kalah dengan tengkulak, sehingga hanya menjadi objek dari transaksi yang tidak adil yang diterapkan oleh tengkulak Akibatnya, kehidupan petani miskin meski bisnis kopi terus menggeliat.

Baca Juga: Minum Kopi Bisa Turunkan Risiko Kematian

"Negara harus hadir. Tidak cukup hanya dengan menentukan harga acuan. Tapi menyediakan jalur penjualan alternatif yang memberi harga yang layak kepada petani. Bisa dengan bentuk koperasi tani," tutur Arjuna

Kondisi di lapangan seringkali para tengkulak saling bekerja sama membentuk harga yang merugikan petani. Mereka membentuk kartel, hingga menguasai pasar penjualan dan distribusi komoditas tertentu.

"Petani dilumpuhkan oleh kartel tengkulak. Tapi negara tidak boleh kalah dengan kartel. Jalan satu-satunya petani ditumbuhkan daya dan kemampuan melalui koperasi," tuturnya.

601