Home Ekonomi Tentang Dandim Inhil, Serabut Kelapa Dan Budidaya Vanili

Tentang Dandim Inhil, Serabut Kelapa Dan Budidaya Vanili

Pekanbaru, Gatra.com - Sedari tadi mata lelaki 39 tahun itu tak lepas dari onggokan mesin sederhana yang sedang dipakai oleh seorang lelaki di pekarangan Markas Komando Distrik Militer (Kodim) 0314 Indragiri Hilir (Inhil) di kawasan jalan Perintis Kemerdekaan, Tembilahan, Selasa (14/1) lalu.

Ayah dua anak ini perlahan mendekat. Menengok lebih teliti serabut-serabut yang dihasilkan oleh mesin tadi, termasuk serbuk hasil olahan serabut itu.

Di samping operator mesin tadi, sudah mulai menumpuk serabut bertekstur panjang, lalu disebelahnya serabut bertekstur pendek.

"Kalau mesin ini bekerja selama 8 jam dengan operator satu orang, bisa menghasilkan sekitar 40 kilogram serabut," cerita Imir Faishal kepada Gatra.com, Kamis (16/1). Dia orang nomor satu di Kodim itu sejak September tahun lalu.

Lebih jauh prajurit Infantri berpangkat Letnan Kolonel ini menyebut, ada tiga mesin olah serabut kelapa di Makodim itu. Ini berarti bakal ada 120 kilogram serabut kelapa yang dihasilkan jika semua mesin tadi beroperasi selama 8 jam.

"Ini baru pilot project pengolahan serabut kelapa. Kebetulan di Inhil ini serabut kelapa luar biasa banyaknya. Saya ingin serabut kelapa itu bermanfaat ekonomis, juga lingkungan," katanya.

Lantaran masih pilot project, jebolan Akademi Militer 2001 ini tak mau menghayal terlalu jauh meski serabut yang dihasilkan mesin tadi sudah sangat layak untuk bahan dasar pembuatan tali kapal, sapu, hingga tambahan bahan jok.

"Kalau untuk membikin yang tiga tadi, tentu sudah kelas industri. Butuh modal besar dan SDM yang tidak sedikit. Konsen saya sekarang, gimana supaya masyarakat tertarik mengolah kulit kelapa yang selama ini berserakan dan paling banter dijadikan untuk menimbun jalan yang becek itu," katanya.

Sebab kata Imir, hasil olahan kulit kelapa menjadi serabut itu dipastikan bakal menghasilkan duit. Tidak hanya dijual di dalam negeri, tapi juga bisa langsung diekspor.

Masyarakat enggak perlu membeli bahan baku, sebab bahan baku melimpah ruah di kabupaten penghasil kelapa terbesar di dunia itu.

Selain masyarakat dapat duit oleh pemanfaatan bahan baku tadi, serabut kelapa otomatis enggak akan berserakan lagi. Kalau sudah enggak berserakan, otomatis pula, potensi munculnya kebakaran bakal semakin kecil.

"Serabut kulit kelapa gampang terbakar. Kalau sudah dimanfaatkan, pasti lebih terjaga. Satu hal lagi yang paling penting, perairan Inhil akan lebih bersih, soalnya selama ini ada saja warga yang nakal membuang serabut kulit kelapa itu ke perairan," ujarnya.

Sembari mengolah serabut kulit kelapa tadi, Imir membikin pilot project tanaman Vanili. Medianya ya serabut pendek kelapa tadi. "Batang Vanilinya enggak ditanam di tanah, tapi di serabut itu. Jadi mau ditaruh di teras rumah, garasi, enggak jadi soal. Serbuk hasil olahan serabut tadi ditabur di sekitar batang tanaman," katanya.

Imir memilih tanaman Vanili ini lantaran memang cocok tumbuh di media serabut kelapa itu. Sudahlah praktis, hasil panen Vanile ini juga menggiurkan. Dari mulai tanam hingga panen, Vanili butuh waktu 2,8 tahun. Satu pot bisa dijejali 2 pohon.

"Kalau hasil panen dijual basah (orang beli di pohon), harganya Rp250 ribu perkilogram. Satu pohon bisa menghasilkan 5 kilogram. Dijual kering malah lebih mahal lagi, bisa mencapai Rp3 juta perkilogram," Imir merinci.

Sebenarnya tak pernah terbayangkan oleh Imir bakal bersentuhan dengan serabut kelapa tadi, boro-boro mau budidaya tanaman Vanili.

"September lalu, begitu saya dilantik menjadi Dandim dan belum sempat serah terima jabatan, saya sudah langsung ke lapangan di kawasan Tempuling, untuk pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla)," kenang Imir.

Selama perjalanan menuju lokasi kata Imir, kulit kelapa nampak berserakan. "Waktu saya ke desa-desa lain, pemandangan yang sama juga yang nampak; kulit kelapa. Dari situlah kemudian saya coba mencari tahu gimana caranya memanfaatkan kulit kelapa itu. Banyak orang lah saya tanya, termasuk searching di google," katanya.

Setelah ketemu pemanfaatan yang cocok, Imir mulai memutar otak gimana caranya mendapatkan mesin yang pas untuk mengolah kulit kelapa tadi menjadi serabut kelapa.

Menengok kondisi masyarakat petani kelapa yang sederhana, Imir tak mau muluk-muluk langsung ke industri. Pengolahan sederhana jadilah. Itulah makanya dia mulai dengan mesin manual seharga kurang dri Rp10 juta perunit itu.

Pilot project sudah ada, sosialisasi dan pelatihan tentang pengolahan kulit kelapa menjadi serabut, dimulai. Lokasi pertama adalah Kecamatan Batang Tuaka.

Besoknya, giliran para Bintara Pembina Desa (Babinsa) yang dikumpulkan untuk menjalani sosialisasi dan pelatihan di Makodim.

Di hari yang sama, ada pula pertemuan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Tembilahan. Imir diundang ke acara itu. Di sana, lelaki ini tak menyia-nyiakan kesempatan. Dia ceritakan semua tentang apa yang sedang dia lakukan tentang kulit kelapa tadi.

Respon yang luar biasa langsung mengalir. "Alhamdulillah, sudah ada 'kawan' untuk mewujudkan misi ini semua. Saya makin senang ketika Ketua Kadin Provinsi Riau, Pak Supianto bilang, permintaan serabut kelapa unlimited," Imir sumringah.

Dan soal pintu masuk untuk industri serabut kelapa tadi pun mulai terbuka. Sebab sejumlah stakeholder sudah tergiur dengan usaha itu. Begitu juga untuk pemasaran hasi. "Lagi-lagi Alhamdulillah saya bilang, upaya ini sudah berhasil menginspirasi stakeholder," katanya.

Kini, Imir semakin semangat mewujudkan mimpinya itu. Dia sama sekali tak ingat akan berapa lama dia menjadi Dandim di sana. "Hehehe...saya enggak pernah memikirkan itu. Saya hanya punya keyakinan, jika yang baik saya bikin untuk orang, Allah akan memberikan saya yang terbaik. Soal pangkat dan jabatan, Allah yang menentukan itu," katanya tertawa.

Lagi pula kata Imir, fungsi Kodim itu kan salah satunya pembinaan teritorial (Binter). "Yang salah satunya pula peningkatan ketahanan pangan. Jadi ini juga sudah menjadi tugas sayalah. Mudah-mudahan dengan pemanfaatan kulit kelapa ini, ekonomi masyarakat Inhil semakin baik," Imir berharap.



Abdul Aziz

 

 

1125