Home Milenial Kue Bakul Imlek Dan Harapan Pawai Tatung Jadi Even di Siak

Kue Bakul Imlek Dan Harapan Pawai Tatung Jadi Even di Siak

Siak, Gatra.com - Mulai besok hingga 15 hari ke depan, Kue Bakul bakal menjadi penganan paling favorit di Siak Sri Indrapura, ibukota Kabupaten Siak, Riau.

Sebab sejak ratusan tahun silam, warga Tionghoa sudah menjadikan penganan ini menjadi menu utama saat perayaan Imlek. Kue ini berasa manis, perlambang kesenangan dan bermanis-manis merayakan Imlek itu.

"Kami bikin kue bakul lantaran kue semacam ini sudah ada sejak zaman leluhur kami," kata Alung, salah seorang warga Tionghoa di Siak Sri Indrapura,kepada Gatra.com, Jumat (24/1).

Hanya saja kata Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (SMPTI) Siak, Harvianto, kue bakul tak boleh dibikin oleh mereka yang sedang kemalangan.

"Lampion merah juga tak boleh dipasang. Sebab warna kemalangan di budaya Tionghoa hanya hitam dan putih. Merah ada lambang keceriaan dan kue bakul kue yang manis," katanya.

Pantauan Gatra.com, jelang perayaan Imlek Sabtu (25/1), warga Tionghoa di kota itu nampak bersama-sama membersihkan klenteng Hock Siu Kiong Siak yang tak begitu jauh dari Istana Siak. Klenteng yang dibangun 1879 ini berdiri kokoh di dekat perkampungan Tionghoa di dekat bantaran Sungai Siak.

Di pekarangan klenteng yang berada di Kelurahan Kampung Dalam, itu, hiasan lampion merah nampak menonjol, tak terkecuali di jalan sepanjang perkampungan itu.

Sebab di klenteng itulah nanti dipusatkan kegiatan Imlek hingga malam Cap Go Meh. Semua warga Tionghoa yang di Siak Sri Indrapura maupun yang datang, bakal tumpah di sana.

"Malam ini, sehabis makan malam bersama di rumah masing-masing, kami pergi ke klenteng. Kami ikut karaoke menjelang pukul 00.00 WIB," kata Acau (47), warga Siak.

Lantas pada detik-detik malam pergantian tahun, warga Tionghoa bakal menyalakan kembang api, tanda kemeriahan Imlek tiba. Bersamaan dengan itu, warga akan melaksanakan sembahyang.

"Warga bakal ramai datang sembahyang, mulai pukul 00.00 WIB, pukul 02.00 WIb pukul 03.00 subuh, pagi, siang, sore hingga malam," ujar Harvianto.

Mantan anggota DPRD Siak ini kemudian cerita, dua hari jelang Imlek, warga sudah kelar membersihkan rumah, biar sehari jelang Imlek, mereka fokus berkegiatan di klenteng.

Saat ini kata Harvi, Klenteng Hock Siu Kiong sudah ready jadi pusat perayaan Imlek di Siak. Pas malam karaoke dan penyambutan Imlek, warga lain boleh datang ke Klenteng.

"Sebelum jam 12 malam karaoke bersama para keluarga warga Tionghoa, masuk Imlek baru sembahyang. Ada juga peletusan kembang api. Ini sebagai lambang kemeriahan dan pemberitahuan bahwa imlek telah tiba, semua harus bergembira," terangnya.

Hari kedua hingga hari ke 14, adalah ajang silaturrahmi ke rumah-rumah keluarga. Lalu pada hari ke 15 atau malam Cap Go Meh barulah digelar kegiatan besar-besaran.

Imlek di Siak kata Harvi beda dengan di daerah lain. Sebab saat Imlek di Siak, perantau yang ada di Pekanbaru, Jakarta, Surabaya, Medan, Makasar dan luar negeri bakal pulang. 

"Hari ini sanak saudara kita sudah ada yang pulang, ngumpul di rumah masing-masing sampai malam Cap Go Meh," katanya.

Lantaran itulah kata Harvi, sejak puluhan tahun silam, penutupan Imlek atau Cap Go Meh di Siak, paling meriah.

"Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada hari ke 15 kita mendatangkan artis Tionghoa asal Malaysia. Siangnya kita adakan pawai Tatung," kata Harvianto.

Pawai Tatung adalah ritual pembersihan kota atau jalan-jalan dari roh jahat. Pesertanya akan dirasuki roh-roh selama pawai berlangsung. Pawai ini juga diiringi oleh barongsai naga. "Siapa saja dan dari suku mana saja boleh ikut pada pawai ini. Terbuka kami buat, demi kebersamaan," ujarnya.

Mengingat rutinitas tadi, muncul pemikiran Harvi agar perayaan Cap Go Meh berikutnya digelar lebih besar lagi. Untuk ini dia berharap dukungan penuh Pemkab Siak. 

"Kalau ini disupport Dina Pariwisata Siak, saya yakin akan bisa menyamai Bakar Tongkang di Rokan Hilir (Rohil) atau Cian Cui (perang air) di Kepulauan Meranti," Harvi nampak semangat.

Dan Pawai Tatung kata Harvi bisa menjadi iven budaya untuk menambah warna suguhan pariwisata Siak. Sebab itu tadi, Pawai Tatung ini sudah ada sejak ratusan tahun silam. 

"Pawai ini menjadi kerinduan kita juga. Buktinya dua hari jelang Cap Go Meh, para perantau dan orang luar Siak sudah datang. Mereka minta dibookingkan hotel. Nggak salah kalau saya bilang, mungkin di tingkat Nasional, di Siak lah Cap Go Meh yang paling meriah," katanya.

Tapi itu tadilah, selama ini perayaan itu belum mendapat dukungan Pemkab Siak. Itulah makanya belum masuk agenda pariwisata. Padahal, pawai Tatung bisa menjadi destinasi wisata iven budaya di Siak.

"Kami yakin, kalau Pawai Tatung dan malam Cap Go Meh disupport oleh Pemda Siak, bakal seramai bakar tongkang atau setidaknya seramai perang air di Meranti lah. Selama ini semua kegiatan, masih swadaya kami warga Tionghoa yang ada di Siak ini," katanya.


Reporter: Sahril Ramadana

 

413