Home Ekonomi Permintaan Kelapa Kopyor Tingkat Nasional Belum Terpenuhi

Permintaan Kelapa Kopyor Tingkat Nasional Belum Terpenuhi

Pati, Gatra.com - Tingginya permintaan pasar untuk kelapa kopyor di dalam negeri, masih belum bisa terpenuhi. Padahal instansi terkait sudah berupaya untuk menambah populasi kelapa khas Pati di sentra-sentra perkebunan kopyor.
 
Kepala Dinas Pertanian Pati, Muchtar Efendi mengatakan, sering memberikan bantuan bibit kopyor kepada petani untuk mendongkrak produksi kelapa kopyor. Hanya saja masih terkendala oleh musuh alami tumbuhan tersebut.
 
"Hama Wawung, upayanya macem-macem. Kemarin dari Jawa Timur sudah kita datangkan untuk pengendalian hama, cuma memang bertahap tidak bisa langsung terasa," ujarnya kepada Gatra.com, Kamis (6/2).
 
Upaya lain selain pengendalian hama, adalah dengan memperbanyak bibit kelapa kopyor yang berkualitas melalui sejumlah mekanisme dan pengembangan di laboratorium.
 
"Tahun ini sebetulnya sudah punya culture embrio untuk memperbanyak kelapa kopyor. Dari hasil tunasnya itu dikulturkan, dihidupkan, dikembangkan di laboratorium, teknologinya itu sederhana, kopyornya itu seratus persen kopyor," papar Muchtar.
 
Disebutkannya, ada tiga sentra utama perkebunan kelapa koyor di kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani yakni di Kecamatan Dukuhseti, Tayu dan Margoyoso. Meski begitu, pihaknya masih belum mampu memenuhi kebutuhan di Indonesia.
 
"Kebutuhan lokal sini memang cukup, lalu permintaan dari luar luar Jawa itu sangat banyak. Bicara untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri saja kita sudah kewalahan, apalagi luar negeri," bebernya.
 
Muchtar memaparkan, ada tiga varietas kelapa genjah di sentra kelapa kopyor yakni genjah hijau, kuning dan coklat. "Istilahnya dilepas Menteri Pertanian pada tahun 2010 ada tiga varietas genjah yang hijau, kuning, sama coklat," jelasnya.
 
Ditambahkan, harga untuk satu butir kelapa kapyor antara Rp30-45 ribu dari tangan petani. Terkait kualitas, ia mengatakan, jika kepala kopyor genjah rendemen kopyornya lebih tinggi, dibandingkan kopyor biasa.
 
"Genjah yang kecil itu rendemen kopyornya gak mau kalah, tinggi yang genjah. Hanya saja karena ukurannya kecil, banyak yang memilih yang besar karena cocok buat oleh-oleh," tandasnya.
 
Terpisah, Dimas Anwar seorang petani kelapa kopyor asal Desa Ngagel, Kecamatan Dukuhseti, memiliki cara untuk mengurangi populasi hama serangga Wawung yang membunuh pohon kelapa.
 
"Hama ini musuh alaminya kan tupai, jadi gimana caranya kita tidak mengganggu atau memburu tupai. Wawung ini gak ada kalau mencium aroma kencing tupai," jelasnya.
618