Home Kebencanaan 2.279,6 Hektare Padi di Batanghari Gagal Panen

2.279,6 Hektare Padi di Batanghari Gagal Panen

Batanghari, Gatra.com - Petani padi Kabupaten Batanghari, Jambi bukan hanya mengalami musibah gagal tanam. Musibah gagal panen rupanya mereka alami selama 2019. Salah satu faktor pemicu adalah kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
 
"Total luas gagal panen padi akibat dampak kekeringan berjumlah 2.279,6 hektare," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Batanghari, Mara Mulya Pane dikonfirmasi Gatra.com, Senin (10/2).
 
Gagal panen padi memiliki kategori, di antaranya rusak ringan seluas 17 hektare, rusak sedang seluas 84,3 hektare dan rusak berat seluar 194 hektare. Sedangkan gagal panen padi akibat puso seluas 1.984,3 hektare.
 
"Khusus puso memang tidak bisa kita panen sama sekali. Kita telah berupaya bekerjasama dengan BPBD untuk melakukan penyiraman. Namun karena kondisi kemarau panjang hamparan padi seluas 1.984,3 hektare tidak bisa terselamatkan," ucapnya.
 
Musibah puso menimpa petani tujuh kecamatan yaitu, Kecamatan Muara Bulian, Kecamatan Muara Tembesi, Kecamatan Mersam, Kecamatan Maro Sebo Ilir, Kecamatan Maro Sebo Ulu, Kecamatan Batin XXIV dan Kecamatan Pemayung.
 
"Musibah puso kecuali Kecamatan Bajubang. Sebab Kecamatan Bajubang boleh dibilang tidak ada lahan persawahan," ujarnya.
 
Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, kata Pane, luas gagal panen padi wilayah Kecamatan Muara Bulian berjumlah 946,3 hektar, Kecamatan Muara Tembesi berjumlah 105,3 hektare, Kecamatan Pemayung berjumlah 350 hektare.
 
Selanjutnya, Kecamatan Maro Sebo Ilir berjumlah 805 hektare, Kecamatan Batin XXIV berjumlah 18 hektare, Kecamatan Mersam berjumlah 8 hektare dan Kecamatan Maro Sebo Ulu berjumlah 47 hektare.
 
"Bagi petani padi yang menanam sesuai jadwal BMKG, yakni menanam awal tahun, pada awal Mei sudah bisa panen. Tapi bagi petani terlambat taman, maka dampak kekeringan akan dirasakan akibat kemarau," katanya.
 
Menurut Pane, petani Kabupaten Batanghari rata-rata masih satu kali tanam padi. Masa tanam padi dua kali sekitar 1.500 hektare luas tanam. Ia berujar program cetak sawah baru tidak ada selama 2020. Menyikapi hal ini, pihaknya akan melakukan terobosan berupa pemanfaatan lahan tidur.
 
Banyaknya lahan tidur dipicu karena kemauan petani menanam padi sangat menurun. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura mengajak masyarakat kembali ke umo (sawah).
 
"Karena kita tahu selama ini sektor tanaman pangan kita tinggalkan, karena harga komoditas pertanian lain diatas harga padi. Harga beras kini meningkat dua kali lipat dari harga karet. Kalau dulu satu kilo karet dapat dua kilo beras. Tapi kalau sekarang dengan harga karet setengah dari harga beras, maka kita mengajak kembali ke umo. Paling tidak beras mereka tidak beli lagi. Ini menjadi harapan kita," ucapnya.
395